38. Bekas Luka

5.7K 338 19
                                    

Dari sekian banyak hal di dunia ini, aku percaya satu hal bahwa yang patah akan kembali utuh seiring berjalannya waktu. Kita hanya perlu menerima keadaan, dan merelakan kehilangan dengan ikhlas.

***


Di pagi yang cerah ini, terlihat seorang gadis sedang tertidur pulas dikasur empuk miliknya.

Semakin ke sini kondisi tubuh gadis itu semakin lemah, bisa dikatakan bahwa gadis itu terlihat seperti orang berpenyakitan, ralat gadis itu memang mempunyai penyakit yang cukup serius apalagi jika bibir'nya tidak dipoles lipstik atau yang lainnya ia akan lebih terlihat pucat pasi seperti orang mati.

Kondisi yang melemah membuat gadis itu semakin tak berdaya, bahkan dirinya memilih untuk menyerah saja. Gadis itu pikir ujian ataupun takdir yang ia terima saat ini sangat tidak adil dan sangat menyakitkan.

Kilauan matahari dengan lancang masuk kedalam kamar milik gadis itu melalui gorden yang sudah terbuka, dengan perlahan gadis itu membuka matanya.

"Hoam ... perasaan cepat banget pagi," gumam gadis itu.

"Berasa capek banget badan gua dah," kata gadis itu seraya mengingat kejadian semalam. "Udah badan lelah banget, hati pun ikut-ikutan lelah heran gua."

Gadis itu, Velyn gadis yang mempunyai sejuta rahasia yang ditutupinya selama ini.

Gadis itu terbangun dari posisi tidurnya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka agar dirinya terlihat sedikit pres dipagi hari yang cerah ini.

"Kalo dilihat-lihat, muka gua cakep juga. Tapi kenapa udah cakep gini tetep aja ditinggal," lirih Velyn menetap dirinya di cermin meja rias selepas dari kamar mandi.

Velyn berpikir sejenak. "Kayanya skincare gua deh yang kurang mahal," seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi tunggu dulu ... nanti kalau gua udah skincare'an. Tapi dia tetap milih orang lain, gimana dong?" lirih Velyn balik pikir.

Sebut saja, Velyn saat ini gila, bagaimana tidak omongan gadis itu sedari tadi aja ngaconya kemana-mana.

"Ternyata gini ya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya tuh sakit," gumam gadis itu.

Velyn pun berjalan mengambil ponselnya yang tergeletak dilaci dekat tempat tidur, baru saja ia ingin mengecek ponselnya tiba-tiba ada panggilan masuk dari si cabe Nessi.

Dret ... dret ....

Dengan cepat, Velyn pun menekan tombol hijau keatas pertanda gadis itu menerima panggilan tersebut.

"Selamat pagi, Velyn?" sapa Nessi dari sebrang sana seraya terkekeh.

"Gak usah basa-basi, lo! Ngapain pagi-pagi nelepon? Rusak mood gua aja!" kesal Velyn.

"Santai dong, gua'kan tanya baik-baik sama lo."

Cuih. Ingin rasanya, Velyn meludahi muka Nessi saat ini juga.

"Gua gak gak perlu dibaikin!"

"Oke-oke, gimana sama foto yang gua kirim semalam? Udah buat lo sakit hati belum?"

Dasar wanita biadab, pikir Velyn kesal ia sudah sangat muak dengan tingkah si cabe keriting satu ini.

"Mau lo apa si?!" geram Velyn.

"Lo tanya mau gua apa? Ya jelas, gua mau liat lo hancur!"

"Gak sekalian aja lo bunuh gua?!" pancing Velyn sengaja.

Velyn [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang