Saat ini, Velyn sedang berada di balkon rumahnya sendirian, ia tak bisa tidur pada malam ini.
Jujur saja gadis itu sekarang sedikit mejauh dari Ibunya, mungkin dirinya masih kecewa terhadap perlakuan yang diberikan oleh Ibunya tempo lalu.
Terkadang, Velyn juga berpikir. Apakah dirinya berharga di mata Ibunya itu atau ia hanya tawangan di saat Jesslyn tidak ada?
Velyn menatap langit dengan mata yang berbinar, ia sangat suka langit apalagi di malam hari dan ditambah bintang yang menemani dengan setia.
"Bulan ... sejauh itu, apa kebahagiaan bisa digapai?" lirih Velyn, seperti orang gila yang berbicara sendiri.
"Hidup gua terlalu biasa-biasa aja. Kalau kaya gini, pasti selalu ngerasa sendirian. Bulan, lo tau gak kenapa gua suka banget sama malam? Karena malam itu bikin tenang, tap gua mencekam."
Gadis itu semakin terbawa ilusi, yang jelas-jelas itu semua hanya angan-angan saja.
"Setiap malam, isi kepala gua selalu berisik. Banyak suara-suara yang ngebuat gua rasanya hampir gila." Velyn menatap bulan di atas sana. "Bulan-gua kangen Ayah. Ayah di sana apa kabar ya? Gua pengen peluk Ayah, Bulan. Gua pengen cerita sama Ayah, gua pengen bilang kalau hidup setelah gak sama dia itu gak enak banget. Gua sakit, gua kecewa, gua takut, Bulan. Gua takut."
Raka is calling ....
"Ngapain si Raka telepon gua malem-malem gini?" gumam Velyn heran.
Dengan cepat Velyn menjawab panggilan tersebut dan menempelkannya pada telinga.
"Woy! Vel, lo lagi ngapain?" tanya Raka seraya berteriak dari sebrang sana.
Gadis itu langsung menjauhkan ponsel tersebut dari telinga.
"Gak usah teriak! Ini di telepon, bisa-bisa telinga gua budek denger suara lo!" kesal Velyn.
"Buset, giliran sama gua aja galaknya minta ampun! Eh, giliran sama si Elno baiknya gak ketulungan!" dengus Raka tak terima.
"Itu beda ogeb!"
"Mending juga sama gua, Vel. Gua itu anaknya; asik, ganteng, imut, sama satu lagi, gua itu orangnya humoris."
"Mending Elno ke mana-mana lah"
"Mau aja lo sama cowok kaya gitu!"
"Daripada sama lo."
"Vel-lo jangan kebanyakan sedih, ya."
"Gua gak pernah sedih. Ngaco lo!"
"Ish, gua lagi serius nih!"
"Gua gak pernah bercanda," celetuk Velyn.
Sedangkan di tempat lain, Elno saat ini sedang menelpon seseorang namun tak kunjung mendapatkan jawaban.
Siapa lagi kalau bukan menelepon, Velyn sudah beberapa kali ia menelepon gadis itu namun panggilan tersebut tidak terjawab lagi.
"Oke sekali lagi," monolog Elno.
"Nomor yang Anda tuju sedang berada dipanggilan lain." Suara Operator.
"Sial!" decak Elno.
Saat ini, Velyn sudah selesai telponan dengan, Raka. Namun ia kaget saat melihat panggilan tak terjawab dari, Elno yang meneleponnya beberapa kali.
Namun hal itu, Velyn abaikan. Gadis itu malas menelepon balik kalau hanya untuk kena semprot dari kekasihnya itu.
"Bodo amat! Gua gak peduli," cuek Velyn, langsung mematikan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Velyn [SELESAI] ✓
Ficção AdolescenteIni bukan tentang cinta yang sesungguhnya, melainkan tentang cinta sebutuhnya. Tentang gadis yang rela menjadi kekasih sadiwara laki-laki bernama Elno. Di mana gadis itu harus rela mengorbankan perasaannya sendiri, demi keutuhan sandiwara mereka. ⚠...