H W A N G ; 17

335 29 2
                                    

Langkah yang semakin cepat, membuat lengan nya ditahan. Telak orang dibelakangnya menatap tak suka sikap yang barusan dia tunjukan "Ngapain lo kayak gitu?"

"Lepasin gue." menepis, berbalik dan berjalan cepat memasuki Lift. Tak memberi jalan dua orang pengawal yang mengikutinya ikut masuk.

Memencet lantai 50. Dirinya menahan tangis, ingin sekali mengakhiri ini semua sebelum terlalu jauh.

Lama sekali. Gadis ini memeluk dirinya dengan tubuh yang bertumpu di sudut lift, tak ingin berlama-lama disaat pintu lift terbuka, Nara selalu memencet tombol tutup dengan cepat. Ingin segera sampai dilantai yang dituju.

"Lo nga-nu ya Min?"

"Maksud lo? Enggak lah jing!"

Pemuda bersurai coklat itu mengerucutkan bibir. Sementara yang disampingnya, menajamkan telinga. Disaat suara gebrakan pintu terdengar oleh dirinya "Siapa tuh?"

"Apaan?" tanya temanya menyesap kopi sebelum melirik seorang Bang Changbin yang berjalan tergesa melewati tembok didepanya.

"Apaan bang?!"

"Jen, mao ikut?" tanya Jaemin menaikan alis, Jeno menggeleng memilih menyandarkan punggung ke dingding pembatas. Toh dimatanya Changbin hanya mengambil tas kresek yang berjarak 4 meter dari mereka duduk.

"Napa balik lagi bang?" Jaemin menepuk pundak Changbin, Siempu hanya melirik kecil pada tanganya yang membawa sesuatu.

Jaemin terkekeh, merasa hal yang dia lakukan hanyalah sesuatu yang sia-sia.

Meregangkan otot sembari menatap keatas, matanya menyipit. Matahari siang ini cukup menyilaukan, pikir Jaemin satu tanganya terangkat menutupi satu bagian wajah. Dan didetik itulah dirinya langsung berlari, tak perlu meyakinkan diri apa yang dia lihat benar tidaknya. Nyatanya dirinya sekarang berhasil menarik lengan putih yang hampir tak tergapai.

"LEPASS!!"

Tak membalas. Dengan tenaganya yang kuat, menarik perlahan gadis yang bergelantungan digedung lantai 50 ini.

"Gila! Lo gila!"

"Tutup mulut lo." Jaemin membelalakan matanya, disaat jemari si Gadis mencoba membebaskan diri dari tanganya yang berusaha membawa nya naik dan masuk kembali ke Rooftoof.

"Jangan lepasin! Lo diem!"

Rahang tegasnya mengetat. Dengan sedikit berjingkat, Jaemin menarik kuat lengan putih si Gadis dan berhasil setengah tubuhnya naik di tembok pembatas. Satu lenganya menangkap tubuh itu, melingkari pinggangnya dan sekuat tenaga menarik kebelakang. Bahkan sampai dirinya tersungkur dengan si gadis.

"AHHK!"

"Yaampun Jaemin lo—"

Nara berdiri kembali, menuju tembok pembatas satu kakinya mencoba naik keatasnya. Tapi kembali dirinya ditarik dengan dua lengan yang merangkapnya dari belakang.

"Lepas! Jangan sentuh gue!" memberontak, Nara mencoba melepaskan lengan besar yang melingkar di perutnya. Ketika lepas, dirinya membalikan badan dan jatuh ambruk saat itu juga.

"LO GILA! NGAPAIN LONCAT DI LANTAI INI?!"

Nara tak membalas. Tubuhnya gemetar dengan isak tangis yang tak tertahankan.

Jaemin melenguh, mengusak rambutnya kasar. Melirik dua orang yang berdiri beberapa meter darinya. Satu orang maju, dengan menyerahkan Jaket hitamnya untuk menyelimuti gadis yang tengah menangis tersebut.

"Lo—yang waktu itu kan?"

"Yang kabur dikejar Bang Minho? Ini gue Jeno."

Nara tak merespon melempar Jaket hitam yang ada ditubuhnya. Dia tak suka, mendongak sehingga Jeno maupun Jaemin bisa melihat mata merah nya. Perlahan Nara bergeser kesamping, berada disituasi seperti ini. Dia tahu, semua manusia yang ada di gedung ini semua jahat. Nara takut.

"Oyoy jadi ada jalang yang coba bunuh diri disini?"

Suara berat itu .. Nara langsung mengusap wajahnya. Menghilangkan air muka yang keluar, tersentak dengan melihat seseorang yang berlutut didepanya.

"Lo kan? Udah nggak kuat pasti jadi jalang, sampe-sampe mau bunuh diri. Ha ha."

"Bang." Jaemin menepuk pundak Changbin, melirik Nara dengan pandangan tak terbaca laki-laki itu mengulurkan tangan "Lo nggak papa tapi kan? Ayo berdiri."

Hanya menatap tangan itu beberapa detik. Nara hanya berdiam ditempatnya.

"Ish. Sok jual mahal dia Jaemin." ucap Changbin "Dia itu padahal selalu dikawal si Junkyu sama si Jihoon. Kayaknya kalo lo mutilasi harganya mahal."

"Bang." kali ini Jeno yang menegurnya. Changbin hanya berdecak dibuatnya.

Nara hanya menunduk, dengan pelan menghapus air mata yang melewati pipinya. Tiga orang yang didekatnya hanya melirik satu sama lain. Nara kemudian beringsut berdiri, dengan cepat mencoba meninggalkan tempat ini.

"Lo mau kemana?" satu tangan mencekalnya, Nara menepis dengan kasar.

Jaemin tak menghiraukan dirinya menatap mata Nara dalam "Jangan bunuh diri lagi. Lo tinggal disini? Kamar berapa biar gue anterin."

Nara melangkah kesampingnya. Melewati si pemuda, kemudian dengan kaki yang sedikit terpincang Nara berlari, karna dirinya dikejar oleh Jaemin juga Jeno. Entah kemana yang satunya, bodo.

Saat menekan Lift dengan tergesa, dirinya mendapatkan suara Junkyu yang berteriak. Sepertinya pemuda itu sudah menemukanya. Melirik lift dengan jantung berdetak "Cepetaan!"

Jaemin menghela nafas kembali memegang lengan Nara "Jangan pergi."

Ting!

Pintu lift terbuka. Kepala dua insan berbeda disana menoleh kedalam lift, dimana ada seseorang yang sama sekali Nara tak ingin lihat.

"NONA!"

Junkyu dan Jihoon yang sampai disana pun menatap kaget kearah Lift.

Yang didalam. Menahan lift agar tidak tertutup, mata tajamnya jatuh pada lengan gadis yang sedang Jaemin pegang. Dirinya maju menarik lengan Nara untuk masuk, walaupun sempat menghindar Nara diseret juga dan kini dirinya didalam Lift.

"Mau lo bawa kemana dia Hy—"

Menutup. Hyunjin langsung menekan lantai 18.

"Lepas!"

Nara menjauh. Berdiri disudut yang berbeda, dirinya tak ingin berdekatan dengan Hyunjin. Sungguh!

"Ngapain lo sama mereka, HUH?!"

Nara membelalak. Sementara Hyunjin menatap tajam dengan kedua tangan mengukung gadis itu, badan yang semakin maju menghimpit. Tak perduli Nara terus berteriak dan memberontak padanya. Gigi-giginya bergelatuk dengan amarah yang naik.

"KENAPA HUH?!"

"SELALU AJA NANGIS. LEMAH LO."

"LEMAH!"

"TATAP GUE NARA! JANGAN NUNDUK, BIASANYA LO SELALU NANTANG! MANA LO YANG BERANI ITU HUH?!"

Hening.

Keduanya lama tak bergeming.

Sementara hanya suara lift yang membuka tutup yang menghiasi ruangan kecil tersebut.

"NAH, ini dia siapa NA-Nara!!"

Dilantai 39. Hyunjin melirik Jaemin yang hendak masuk, lalu melirik dua pengawal Nara "Tahan."

Dirinya langsung menyambar Nara yang tengah menangis, masuk kedalam pelukanya. Walaupun pintu lift belum menutup. Dapat Hyunjin rasakan, tubuh gemetar Nara yang terasa hangat ditubuhnya.

Hyunjin menghela nafas kasar "Udah, lo sakit. Jangan terus kayak gini."

"lo yang harusnya jangan kayak gini." kata Nara pelan walaupun teredam dalam pelukan "Jauhin gue. Bunuh gue Hyunjin. Jangan buat gue tersiksa kayak gini!"

Hyunjin menggelengkan kepalanya "Enggak."

"Hyunjin ..."

"Hm?"

"Gue mohon .... Bunuh gue .."

Mencoba melepaskan diri dari Hyunjin. Nara benar-benar kehilangan akal, dia tidak bisa jatuh pada seorang penjahat seperti Hyunjin.

"Enggak!"

-tbc

BOS HHJ [ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang