B O S ; 22

337 27 0
                                    

Nara mengusap pelan lehernya yang diberi perban kecil.

Setelah seharian mendapatkan perawatan ini-itu.

Dirinya kini bisa duduk tenang dengan beberapa perempuan yang siap berkemas pergi dari kamar tersebut.

"Nama kamu Heejin kan?" Nara beralih pada perempuan dengan hotpans disebelahnya.

"Iya."

"Kamu tau nggak?" menoleh penuh pada Heejin "Jalan rahasia. Juga cara untuk saya bebas dari sini?"

"Mau kemana emangnya?" berdecak Nara menghiraukan pria yang baru saja keluar dari kamar mandi tersebut. Masih pada Heejin dia melanjutkan "Satu hal aja. Kasih tau saya yaa?"

Heejin menggelengkan kepalanya. Keluar lalu pamit pada Hyunjin dan menutup pintu.

"Ini lantai berapa?" ingin Nara menanyakan, pasalnya Nara sama sekali tidak tahu kamar yang dua hari ini ditempatinya. Tapi Nara juga tak mau "Kepo." kepada si tuan brengsek.

Akhirnya Nara melenguh pelan. Si tuan brengsek menyebalkan. Kegelapan sudah menghiasi jendela diluar sana. Hari sudah malam.

"Udah makan?"

Nara mengangguk sebagai jawaban.

Hyunjin mendekat lalu duduk disamping Nara. Nara beranjak berdiri karenanya.

"Duduk."

Gadis itu menggeleng.

"Mulai bisu? Ngomong!"

"Iya tuan."

Entah kenapa Hyunjin malah terkekeh. Dirinya ikut berdiri dan diam didepan Nara. Menatap wajah Nara lama.

"Kenapa tuan?"

Tak ada senyum diwajah Nara. Hanya wajah datar dan itu membuat Hyunjin berdecak.

"Nurut yaa? Nggak ngomong selama 2 hari ini?"

Nara mengangguk lagi.

"Sekarang." tangan kekar si Pria menepuk pelan kepala Nara "Lo bertingkah kayak biasa aja. Eneg gue liat lo kayak gini."

"Kayak gimana tuan?"

Nara mundur, menghindar dari Hyunjin yang hendak menyentuh pipinya. Pria itu terkekeh "Kayak gini."

"O-oh." mengerjab "Tapi kan saya hanya boneka tuan."

"Apa?"

"Boneka ehm bukan lebih tepatnya. Budak. Atau sandraan yang nggak guna. Selalu disamperin setelah lo pulang kerja, dan setelah lo ngelakuin hal brengsek lo bakal ngilang! Gue benci Hyunjin. Emang lo tuh cowok brengsek!"

"Enggak." tukas Hyunjin "Dua hari ini gue nggak ngilang."

"Cih, brengsek." memutar bola mata tajam. Yang Nara lakukan.

"Ngomong kayak gitu terus, mau emang gue lebih brengsek?!"

"Emang brengsek sih lo."

"Ya terus lo mau gue brengsekin?!"

Nara mengatupkan bibir. Tidak diam ditempatnya. Bergeser manjauhi ranjang. Melihat Hyunjin hanya mengulas senyum tipis, gadis ini mengujar "Brengsekin aja! Gue kan boneka? Atau cewek yang sama kayak mereka! Awalnya juga gue mau dijadiin lo pelacur bukan?!"

"Bukan."

"Lo mau brengsekin gue?" Menaikan alis "Yaudah lakuin, setelah itu mungkin lo bakal buang gue yang udah rusak."

"Nyerahin diri?" giliran Hyunjin yang menaikan alis "Kalau setelah make lo gue malah kecanduan sama lo gimana?! Lo nggak lepas dari gue juga namanya. Bodoh."

Nara menunduk. Merutuk, mengusul pembicaraan nggak penting yang membuatnya bungkam karna topik yang absurd seperti ini.

"Iya emang semua lelaki brengsek." si gadis mendongak menatap kembali Hyunjin "Tapi gue nggak mau berubah menjadi semakin brengsek."

"Dasar brengsek."

Yaampun lagi-lagi kata itu, nggak ada dialog lain apa? Pikir Nara.

"Sekali lagi gue denger lo bilang brengsek. Gue nikahin lo, biar tau apa itu cowok brengsek!"

"Ogah!"

Ngekhayal.

"Jangan bilang gue brengsek lagi." ucap Hyunjin mendekat pada Nara cepat "Gue bukan cowok brengsek Nara."

"Iya. Karna lo brengseknya sama gue doang, kan?!" asal ngomong Nara dengan sensi

"Tuh tau." sahut Hyunjin dengan senyuman kecil lalu memeluk erat Nara. Menepuk dan mengusap surai lembut si gadis "Lo nggak bisa lepas dari gue."

"Atau kebalik?" tebak Nara lagi yang membuat Hyunjin terkekeh kecil memberikan kecupan pada pucuk kepalanya.

"Gue benci lo."

Sebuah mobil fortuner berhenti tepat didepan lobi.

Pria berpakaian hitam dengan surai blonde miliknya turun dari sana. Disambut hormat dua penjaga dari luar dan melangkah masuk ke lobi.

Si Pria tersenyum menyambut orang-orang yang menunggunya disana dengan hangat.

"Bang gimana kabar nih? Perasaan selama 2 tahun nggak ngirim kabar."

"Ehehe. Lupa,"

"Lupa? Anjay! Kata apaan itu anjeng! Menyebalkan!" teriak Jeno nyaring.

"Berubah bener nih jadi orang Aussie."

"Gimana kabar Mark?" tanya Minho

"Good." jawabnya.

"Mampir ke bang Chris?" tanya Jisung yang dihadiahi peluk dari si Pria "Udah."

"Jisung sama Jeongin diundur pulangnya. Gue yang mau pulang kesini," katanya

"Selamat datang."

"Ehehe."

"Heran, kenapa ni bule aha-ehe doang." Seungmin muncul dari arah Lift yang diberi pelukan singkat. Bertos sebentar si pria celingak-celinguk kebelakang Seungmin "Bos?"

"Ada."

"Kabarnya baik?"

Seungmin mengangguk lagi.

"Cewek yang sama dia baik-baik aja?"

Hening.

Lima orang didepan si pria saling lirik. Dari mana si bule tau?

"Felix." panggil Seungmin pelan

"Hm?" menoleh dengan senyuman kecil "Kenapa? Gue kesini mau liat juga siapa-sih yang udah ngebuat bos kita libur dua hari penuh cuman diem dikamar."

"Nggak sabar jadinya pengen ketemu." kata Felix menggunjing senyum simpul.

Semua orang disana hanya mengulas senyum kecil. Ada yang memikirkan bagaimana caranya melindungi sosok gadis yang mereka kenal. Agar tak dapat Felix temukan.

Kehadiran Felix sudah cukup. Untuk membuat bagaimana sosok pria yang amat brengsek di gedung ini bisa amat lebih brengsek.

Mata si bule yang baru datang jatuh pada netra kelam seseorang yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Mengulas senyum kecil dirinya melambaikan tangan "Bang Minho, cinih. Aku ingin berbisik ...."

-tbc

BOS HHJ [ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang