17 • Kesempatan

53 14 0
                                    

——

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——

Ara datang ke rumah Haikal tepat ketika Lana sudah sadarkan diri. Gadis itu terkejut begitu melihat seisi ruangan bercat abu-abu yang rapi. Lana memperbaiki posisinya, sedikit bersandar pada bantal yang ia tumpuk. Lana ingat terakhir kali terjadi keributan antara Haidar dan Gibran.

Gadis itu meraba pipinya, tidak sakit, tapi nyeri mulai menjalar saat lebam itu ia tekan. Beberapa menit kemudian, Ara muncul dari luar kamar.

Gadis itu panik, khawatir dengan keadaan Lana. "Lo nggak papa? Gue udah denger semuanya dari Haidar. Syukur deh lo ngga sempet di apa-apain sama dia. Gila, gue panik banget tau ngga? Kalo lo dibawa pergi sama Gibran gimana?!"

Lana mengulas senyum. "Makasih ya udah dateng."

"Na... lo tuh ngapain ke coffee shop sendirian? Kan lo bisa ajak gue,"

"Aku ada janji sama Dimi, Ra. Tadinya Dimi minta ketemu disana. Tapi Dimi nggak dateng-dateng. Aku juga udah coba nelfon, tapi ngga diangkat."

"Gila ya! Dia yang mau ketemuan, tapi dia ngilang gitu aja tanpa kabar. Ini semua salah dia lah! Kalo dia ngga nyuruh lo kesana mana mungkin lo ketemu Gibran. Kalo Haidar ngga nolongin lo, aduh abis banget deh lo Na."

"Aku takut, Ra. Aku ngga mau ketemu Gibran lagi."

"Iya gue tau, Na. Udah lo tenang dulu, istirahat sebentar lagi ya? Nanti gue yang anter lo pulang."

Lana mengangguk, sementara Ara meninggalkan kamar Haikal. Gadis itu menemui Haikal dan Haidar di dapur, kemudian menarik kursi dengan gusar.

"Lo tau ngga ini ulah siapa?"

"Maksudnya Ra?" tanya Haikal.

"Dimi, anjir. Dimi yang minta ketemuan disana. Tapi dia ngga dateng-dateng, dihubungin juga ngga bisa. Kenapa sih tuh orang? Mau pake alesan Arka keluar terus dia jadi lupa sama janjinya? Basi banget."

"Ra, jaga mulutnya Ra." Pinta Haikal.

"Kok kamu jadi belain temen kamu sih? Emang aku salah? Kalo Dimi ngga ngajak ketemu ngga mungkin sampe begini kan? Kenapa juga dia ngajak ketemuan tiba-tiba. Atau jangan-jangan Dimi cuma mau ngerjain Lana? Dia pikir lucu kali ya."

Perkataan Ara terdengar tidak masuk akal bagi Haidar, tapi cowok itu juga tidak membenarkan kelakuan Dimitri. Haidar menaruh cangkir tehnya cukup kencang, membuat dua orang lainnya menoleh bersamaan.

"Kenapa lo?"

"Awas pecah gue laporin Ayah!"

"Kal, menurut lo Dimi kemana?" tanya Haidar serius.

***

Disinilah Dimitri berada. Cowok itu duduk di depan ruangan ayahnya, sambil melamun. Sementara Keira di sebelahnya tengah bermain dengan boneka kelinci coklat yang selalu ia bawa. Anak perempuan itu mulai bermain.

METANOIA | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang