20 • Cerita Gibran

72 9 0
                                    

Malamnya Lana merasa lapar sekaligus suntuk karena masih harus mengerjakan tugas sekolah yang belum selesai. Alih-alih mencari makanan di meja makan, Lana beralih ke kulkas. Gadis itu mencari cemilan dingin, berharap bisa mendinginkan isi kepalanya.

Lana menghela napas ketika tidak mendapat apapun dari dalam kulkas. Gadis itu melirik ke jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam.

Sementara kedua kakaknya sibuk di dalam kamar masing-masing, ia beranjak ke ruang tamu untuk menemui ibunya yang tengah asyik menonton sinetron di televisi. "Nda, Lana boleh minta izin beli es krim ngga?"

"Ya udah, tapi Bunda sekalian nitip mayones ya?"

Putri bungsunya itu mengangguk. Lana memutuskan untuk berjalan kaki daripada mengayuh sepeda karena minimarket yang ia tuju tidak terlalu jauh dari rumah. Angin malam menembus tubuh Lana yang dilapisi jaket tipis berbahan lembut.

Jalanan sangat sepi setelah meninggalkan komplek perumahannya. Hampir tidak ada motor atau mobil yang lalu lalang, tapi beberapa pejalan kaki masih terlihat disana. Sepuluh menit ia berjalan, Lana akhirnya tiba di minimarket.

Lana mengambil dua es krim rasa stroberi dari dalam lemari es, tak lupa juga mengambil mayones titipan ibunya. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Lana bergegas bayar di kasir.

Gadis itu hanya menghabiskan lima menit di dalam minimarket, mengingat hari juga sudah malam. Entah kenapa angin semakin kencang, membuat Lana sedikit merasa kedinginan karena jaket yang ia kenakan tipis.

Lana memutuskan untuk memutar dan melewati gang karena akan jauh lebih cepat. Meskipun pencahayaan disana sangat redup, tapi gang itu lumayan lebar.

Jantung Lana berdegub lebih cepat tatkala mendengar langkah kaki di belakangnya. Gadis itu merinding bukan main, ia mempercepat laju langkahnya. Lana yang tidak berani menoleh itu masih terus menghadap ke depan.

"Woi! Berhenti!"

Kaki Lana lemas. Gadis itu masih melanjutkan langkahnya, tidak peduli pada seseorang di belakangnya yang semakin cepat hingga mampu menyusulnya.

"Dompet lo jatoh nih!"

Seruan itu membuat Lana berhenti, kemudian menoleh pada sumber suara. Lana membelalak kaget ketika mendapati dompetnya ternyata jatuh, dan yang menemukannya malah seseorang yang Lana takutkan.

Gibran.

Cowok itu mendekat, senyumannya menyeringai. "Santai aja kali. Nih dompet lo,"

Lana menatap dompetnya dengan ragu-ragu. Kok agak aneh. Batinnya.

"Kenapa diem aja? Nggak mau?"

"Kamu mau apa dari aku?"

Gibran menatap Lana dengan sinis. "Kali ini gue ngga bakal apa-apain lo. Tapi sebagai gantinya karena gue udah nemuin dompet lo, lo harus dengerin cerita gue."

Lawan bicaranya itu mengernyit. "Cerita apa?"

"Tentang Dimitri."

"Ngga mau. Kenapa sih kamu kekeuh banget mau cerita tentang Dimitri?!"

"Lo nggak perlu tau. Yang jelas kalo hari ini lo ngga mau, lo liat aja apa yang bisa gue perbuat sama orang-orang di sekitar lo."

METANOIA | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang