Chapter 7

5.5K 822 22
                                    


Mikail pov

"Aa! Teh Rania ada di kamar saya, mungkin dia ngelindur, tidur sambil jalan. Pindahin gih!" ujar Lilis sambil mengetuk pintu kamarku.

Jadi dia mengungsi ke kamar Lilis? Dasar bandel!

Aku pun memindahkannya ke kamar kami. Kulihat dia sudah tertidur pulas hingga tak menyadari saat aku menggendongnya. Mungkin dia kelelahan sehabis mengamuk.

Kalau sudah tidur pulas seperti ini wajahnya seperti anak kecil yang polos.

Dilihat dari dekat ternyata dia manis juga. Tapi kalau sedang marah jangan ditanya, ternyata dia ganas juga.

Hari ini aku puas sekali menggodanya. Mungkin ini akan menjadi hobi baruku. Menyenangkan, rasanya seperti memiliki mainan baru. Sangat menarik!

🌾🌾🌾

Sehabis subuh aku tidak tidur lagi seperti kebiasaanku sebelumnya. Alih-alih kembali tidur, aku malah asyik memperhatikan istriku tidur.

Sudah pukul lima pagi, sampai kapan ia akan tidur, aku memutuskan untuk membangunkannya.

"Rania, bangun! Udah jam 5, kamu nggak sholat subuh?"

Putri tidur ini tetap tidak mau bangun. Jangan-jangan dia menunggu dicium seperti dongeng sleeping beauty?

"Sebentar lagi, saya lagi nggak sholat!" Dia tidak sadar mengatakannya, setelah itu ia tidur lagi.

Pantas saja dia sangat galak, rupanya sedang PMS. Benar kata temanku yang sudah menikah, jangan sampai mengganggu wanita yang sedang PMS kalau masih ingin hidup dengan tenang.

"Ayo bangun! Tadi mama udah nelpon saya."

Aku mencabut sehelai bulu kemoceng yang tergantung di dinding dan kugunakan untuk menggelitiki lehernya.

Dia mulai terganggu dan bangun dari tidurnya. Dia menatap wajahku dengan ekspresi datar. Ia mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya.

Tiba-tiba ....

"Aaa!" Dia berteriak dan mendorong wajahku.

Segera ku masukkan biskuit yang kutemukan di nakas tempat tidur dan ku masukkan ke mulutnya. Biskuit ajaib peredam suara.

"Kok saya bisa ada di sini?" Dia bertanya kebingungan sambil mengunyah biskuit yang kumasukkan ke mulutnya.

"Mana saya tahu! Orang saya bangun udah ada kamu," bohongku.

"Nggak mungkin! Pasti kamu yang pindahin. Ngaku!"

"Kurang kerjaan banget saya pindahin kamu! Orang kamu berat gitu? Kamu sendiri kali yang jalan ke sini," bantahku.

"Ngaco! Kamu pasti nyari-nyari kesempatan waktu saya sedang tidur,"
gerutunya.

Sembarangan saja dia menuduhku. Memangnya mengapa kalau aku melakukannya? Toh, dia sudah kunikahi. Justru dia yang berdosa, karena tak mau melayaniku.

"Enak aja! Kamu 'tuh yang nyari kesempatan. Saya nggak bisa tidur karena kamu pelukin terus, abis badan saya digrepe-grepe sama kamu." Sekalian saja aku mengerjainya.

"Nggak mungkin, ngarang kamu!"

"Nih, saya liatin rekamannya, ya!" Aku berpura-pura mengambil ponselku.

"Udah, nggak usah dibahas." Dia ngeloyor pergi mengambil baju di lemari.

"Rugi banget saya. Tubuh saya sudah ternoda, digrepe-grepe sama kamu. Saya jadi merasa kotor," kataku menirukan adegan sinetron.

Suami Instan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang