Chapter 15

4.2K 579 6
                                    

Rania POV

Aku baru saja keluar dari cafe, ketika kulihat dia.

"Sedang apa di sini?" Dia bertanya dingin.

"Bertemu teman," jawabku.

"Pria atau wanita?" Nada bicaranya datar.

"Kita bisa bicarakan di rumah," ujarku. Baiklah aku akan menjelaskan semua padanya nanti.

🌾🌾🌾

Sesampainya di rumah ....

"Di mana kalungmu?" Dia menatapku tajam.

"Tidak ada," jawabku.

"Boleh aku bantu menjawab, kamu memberikannya pada selingkuhanmu itu, kamu lupa?" Dia menatapku tajam.

"Selingkuhan?" Aku tak percaya dengan apa yang diucapkannya.

"Dan yang kamu temui di cafe tadi adalah dia 'kan?" selidiknya.

"Aku bisa jelaskan, aku tadi memang menemui dia, aku meminjam uang padanya dan kalung itu sebagai jaminannya," terangku.

"Lalu bagaimana dengan ini?" Dia menunjukkan fotoku dan pria itu sewaktu di pasar tradisional.

"Aku bisa jelaskan, aku tak tahu dia mengikutiku, dia itu hanya pria gila," ujarku tak habis pikir. Ternyata Andrew sudah berbuat sampai sejauh ini.

"Kenapa kamu baru mengatakan sekarang? Kalau dia tidak mengatakannya padaku, kamu selamanya akan merahasiakannya 'kan? Katakan berapa banyak lagi yang kamu rahasiakan dariku?" ujarnya.

"Aku nggak berniat merahasiakan, aku hanya nggak mau membuat kamu salah paham," terangku.

"Aku nggak tau apa aku harus percaya sama ucapan kamu," ujarnya.

"Apa maksud kamu? Kamu sudah janji untuk percaya sama aku, jadi sekarang kamu mau menarik kembali janji kamu?" tanyaku.

"Dari awal kamu yang nggak jujur sama aku," elaknya.

"Oke, aku salah. Aku melakukannya karena aku takut kamu salah paham. Toh, aku udah jelasin semuanya, aku nggak ada hubungan apa- apa dengan pria gila itu, kamu lebih percaya dia daripada aku?" Aku berharap dia akan memilih mempercayaiku.

"Aku nggak tau siapa yang harus aku percaya, nyatanya semua bukti itu ada," ujarnya sinis.

"Baiklah, mau aku jelaskan berapa kali pun percuma. Jadi intinya kamu nggak percaya aku 'kan?" Aku menunggu jawaban darinya, tapi dia hanya diam. Aku mulai menyerah untuk meyakinkannya.

"Apa yang harus aku lakukan supaya kamu percaya sama aku?" tanyaku putus asa.

"Aku nggak tau," jawabnya.

"Baiklah! Sudah nggak ada yang perlu dipertahankan lagi, aku akan pergi," putusku.

Aku berjalan ke kamar dan bersiap mengemasi barang-barangku.

"Kamu mau ke mana?" Dia mencekal tanganku.

"Kamu sudah janji apapun yang terjadi kamu nggak akan pergi," ujarnya dingin.

"Kamu yang ingkar janji, kamu bilang kamu akan percaya apapun yang aku katakan," kataku.

"Kenapa kamu sangat ingin pergi? Apa selingkuhan kamu itu sedang menunggu di luar?" cibirnya.

"Kamu bicara apa? Selingkuhan apa?" tanyaku putus asa.

"Ternyata anak sama ibu nggak ada bedanya,"ujarnya.

Bagai disambar petir, aku kaget setengah mati mendengar ucapannya.

"Apa kamu bilang?"

"Kamu nggak beda jauh sama ibu kamu, yang berpindah dari pelukan pria kaya yang satu ke pria kaya yang lain," katanya dingin.

Suami Instan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang