Chapter 4

5.9K 911 10
                                    


Rania pov

Hari ini adalah hari janjian aku dengan Haikal untuk makan siang. Aku berniat bertemu dengannya pagi ini untuk membatalkan rencana kami.

Semalam aku sibuk memikirkan alasan yang tepat, tapi hingga sekarang aku belum menemukannya.

"Pagi-pagi udah ngelamun aja! Mikir jorok, ya? Mentang-mentang mau kawin," Tania tiba-tiba mengagetkanku.

"Apaan, sih? Sotoy banget!" kataku sewot.

"Mikir apaan, sih?" desak Tania. Aku ragu untuk memberitahukan rahasiaku padanya.

"Bukan apa-apa," jawabku.

"Mulai main rahasia, nih?" Dia mulai curiga.

"Itu, sebenernya ntar siang pak Haikal ngajak aku makan siang," kataku sambil berbisik.

"Apa? Bukannya selama ini dia jarang ngomong sama kamu? Kenapa tiba-tiba jadi sok akrab?" Tania kaget.

Aku pun mulai menceritakan peristiwa di minimarket. Tak lupa keisenganku yang minta ditraktir olehnya.

"Kamu juga sih kecentilan! Inget sama si Om. Ntar aku aduin lho!" ancam Tania. Aku jadi menyesal sudah bercerita padanya.

"Aku 'tuh cuma asal nyeplos aja! Terus sekarang gimana?" ujarku putus asa.

"Pokoknya batalin!" putus Tania semena-mena.

"Nggak enak ngomongnya," tawarku.

"Halah! Bilang aja sayang nolaknya," cibir Tania, menebak isi kepalaku.

"Nyesel aku cerita sama kamu! Kok kamu malah mojokin aku, sih?" protesku tak terima.

"Aku cuma ngingetin aja, kalau si Om sampai tau, gimana?"

"Aku 'tuh cuma makan biasa aja kali," ujarku membela diri.

"Yakin? Emang apa sih kurangnya si Om? Di luar sana banyak tau yang mau nikah sama dia? Kamu masih aja ngarepin Haikal." Tania menghujatku.

"Termasuk kamu 'kan? Lagian kamu itu tim nya siapa, sih?" cibirku.

"Ya iyalah! Aku nggak bakal nolak kalau dia mau sama aku," ujar Tania terang-terangan.

"Dasar! Mau kamu apain si Farhan?" Aku menyinggung tentang pacar Tania.

"Dihibahkan kepada yang membutuhkan," jawab Tania asal.

Obrolan kami terhenti saat bel masuk berbunyi. Aku pun berniat berbicara dengan Haikal saat jam istirahat saja.

Namun sial sekali, karena hari ini sepertinya Haikal tidak berada di sekolah, dia mendapat tugas  dari kepala sekolah untuk menghadiri seminar di dinas pendidikan.

Aku pun memutuskan mengirim pesan padanya. Centang satu. Sampai jam pulang sekolah dia belum membaca pesanku.

Aku mulai galau apakah harus pulang ke rumah atau pergi ke restoran. kalau dia menungguku di restoran bagaimana?

Beruntung sekali Tania pulang terlebih dahulu. Aku pun memutuskan pergi menemui Haikal.

Sesampainya di depan restoran aku menjadi ragu untuk masuk, aku merasa sedang berselingkuh saja. Ini pasti karena ucapan Tania.

"Kak Rania, kenapa nggak langsung masuk aja? Pasti kakak udah nunggu di dalam," Sania, adik Haikal menyapaku.

Rupanya dia ikut makan siang juga. Tentu saja, mana mau Haikal mengajakku makan siang berdua saja.

Selama ini dia begitu menjaga diri dari pergaulan dengan perempuan yang bukan mahramnya.

"Yah! Malah bengong? Masuk, yuk!" Sania menggandeng tanganku dan mengajakku masuk.

Suami Instan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang