Chapter 9

4.8K 730 8
                                    


Rania pov

Aku dan Tania pergi ke supermarket dekat apartemen, aku akan membeli kebutuhan rumah.

Aku berhenti di depan rak yang menjual bahan-bahan membuat kue. Aku mengecek list belanjaanku di ponsel.

Tepung pancake instan, waffle instan, brownies instan dan saus pasta instan.

Senangnya perempuan jaman sekarang karena semua serba instan, termasuk juga aku yang beruntung mendapatkan suami instan.

Kemudian aku pergi ke rak yang berisi keperluan kamar mandi. Aku teringat pesanan si Om.

"Eh, kamu nggak beli ini?" Tania menunjukkan botol sabun sirih.

"Apa 'tuh, obat kumur?"

"Dasar oon!" ejeknya.

Aku mengira itu obat kumur, kan setahuku sirih itu baik untuk kesehatan gigi.

"Apaan, sih?" Aku merebut botol yang dipegangnya dan membaca komposisinya.

"Dasar edan!" semprotku, dia tertawa geli.

Tak lupa aku juga membeli cereal, susu dan kopi instan serta tak lupa mi instan, yang terakhir ini harus disembunyikan kalau tidak bisa-bisa Si Om pidato dua hari dua malam.

Dia hanya makan makanan yang baik untuk kesehatan, semua serba organic, less sugar dan low fat. Aku merasa dia sangat terobsesi pada makanan sehat.

"Rania, pergi ke bagian make up, yuk?" ajak Tania.

"Buat apa?"

"Ya beli make up lah, masak beli cireng?" Dia mendorong troliku ke arah counter make up.

"Eh, di tempatku masih banyak kali. Nggak kepake, ntar kamu bawa deh?" ujarku.

"Yang bener? Yang punya Tesya Farasha itu 'kan?"

"Iya, ambil aja aku juga nggak bisa makenya," kataku.

"Thanks, my twin sister." Dia menciumku karena kegirangan, bisa-bisa dikira orang lesbiola.

Aku pergi ke bagian daging, karena si Om tidak makan daging merah, maka aku hanya membeli dada ayam dan salmon fillet, harus organik ya, catat!

Aku juga pergi ke bagian sayur dan buah. Aku meringis melihat sayur kangkung yang dihargai sepuluh kali lipat dari harga di pasar tradisional. Kangkung disini sudah naik kasta rupanya.

Ya sudahlah! Aku pun memasukkan kangkung yang sudah dibungkus dengan cantik dan elegan itu ke dalam troli.

Setelah belanja grocery kami pulang ke apartemen dengan kewalahan.

"Gila kamu, Ran. Nimbun barang segini banyak, mau bikin bunker kamu?" ujar Tania.

Aku melihat belanjaanku. Bener juga, misal ada wabah zombi melanda aku bisa sembunyi dalam rumah selama berminggu-minggu tanpa khawatir tentang stok makanan.

"Udah, bantuin aku masukin kulkas," kataku pada Tania yang sedang leha-leha makan pisang.

"Terus belanja bajunya kapan?"

"Besok deh, capek banget. Lagian dasterku masih pada bagus,"

"Katanya istri orang kaya? Masa pakaiannya daster? Si Om itu biasa bergaul sama model tau! Di rumah malah disuguhi wanita berdaster. Kamu ga takut dia nyari yang lain di luaran?" kata Tania.

"Sorry to say, Sarwenda aja di rumah pake daster. Aku ini istri orang kaya yang anggun bersahaja, pandai menjahit dan rajin menabung," belaku.

Suami Instan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang