Chapter 10

5.4K 713 17
                                    


Rania pov

"Edgar kamu tadi ada PR nggak?" tanyaku setelah kami makan siang bersama.

"Ada," jawabnya cuek.

"Kerjain gih," perintahku.

"Ntar aja, lagian besok hari minggu," tolak Edgar yang asyik bermain game di ponsel si Om.

"Eh, nggak boleh nunda-nunda kerjaan, sini aku bantuin," ujarku. Edgar menurut, ia segera mengembalikan ponsel si Om.

Kami asyik belajar bersama mengabaikan si Om yang menonton TV sendiri.

"Bu Nana ini jawabannya apa, sih?" Edgar menyerahkan bukunya padaku. Kebiasaan di sekolah manggil Bu Nana.

"Panggil aunty, Edgar!" koreksi suamiku.

"Nggak mau, udah biasa!" tolak Edgar.

"Sebutkan warna-warna turunan." Aku membaca soalnya.

Aku yang tidak tahu jawabannya, berinisiatif mencari di Google.

"Kamu nggak tau palajaran anak kelas dua? Kamu guru 'kan?" cibir si Om.

"Aku guru Bahasa Inggris," elakku.

"Uncle tau," kata si Om.

"Apa jawabnya uncle?"

"Tapi habis ini kamu tidur, ya."

"Iya."

"Jawabannya merah jambu, hijau pandan, telur asin (turquoise)" jawab si Om. Entah benar atau tidak. Baru tau ada warna yang namanya telur asin ....

"Yang bener dong kalau ngajarin," protesku.

"Beneran, nggak percaya Googling aja," tantangnya.

Si Edgar menulis jawaban tersebut, ck percaya saja dia.

"Edgar, kamu tidur gih udah malem lho," katanya.

"Baru jam 8, lagian besok 'kan Minggu," tolak Edgar.

"Tadi 'kan udah janji."

"Nggak seru, ah!"

"Ya udah, uncle kasih satu tebak-tebakan kalau kamu nggak bisa jawab kamu harus tidur," ujar si Om. Aku ikut menyimak soal yang akan dilontarkannya.

"Apa soalnya?" tanya Edgar.

"Kenapa hidung bisa buat bernafas?"
Pertanyaan yang sangat bermutu.

"Karena ada oksigen?" jawab Edgar.

"Salah!"

"Biar nggak mati?"

"Salah!"

"Karena biar ada gunanya?" Aku ikut menjawab. Jawaban macam apa itu?

"Salah!"

"Karena udah takdirnya?" Aku tak mau menyerah begitu saja.

"Salah!"

"Apa dong?" Aku dan Edgar teriak bersamaan.

"Ciye, nyerah, ya?"

"Jawabnya. Hidung bisa buat bernafas karena ada lubangnya," ujarnya menyebalkan.

Dasar! Aku dan Edgar memukulinya dengan bantal.

🌾🌾🌾

"Aku mau tidur sama aunty," ujar Edgar.

"Suaminya itu aku, bukan kamu Edgar," protes si Om, aku melotot padanya.

"Ya udah, ayo sini," kataku, gantian si Om yang melotot padaku.

Suami Instan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang