;Don't Worry

278 67 114
                                    

Happy Reading

Playlist : Ed Sheeran - The A Team.

"Hidup memang selucu ini, kita yang tidak ditakdirkan bersatu harus bertemu."

_____

Terlihat seorang wanita dengan pakaian rapi tengah memegang kepalanya seraya menunduk ke bawah, dalam ruangan penuh berkas ini hanya terdapat mereka berdua, wanita itu yang terlihat pusing serta berpikir dan Elora yang memasang wajah bahagianya, bahkan senyumnya belum luntur dari wajahnya.

"Saya tidak habis pikir sama kamu Elora, skors yang saya kasih minggu lalu tidak membuat kamu kapok juga." Bu Sena mengangkat kepalanya melihat Elora.

Elora malah melebarkan senyumannya. "Memang Bu." Ia mengangguk-anggukan kepalanya setuju.

"Kenapa kamu senyum-senyum! Tidak ada yang lucu di sini." Bu Sena memukul keras mejanya.

Bulan ini adalah bulan terindah bagi Elora, jika murid lain pasti akan menghindari ruang BK ini tapi Elora malah sebaliknya, ia melakukan apapun untuk sering masuk ke ruangan ini. Dan bulan ini sudah 2 kali ia masuk BK, sayangnya Moonel tidak ikut serta dalam sini, padahal gadis itu juga memiliki keinginan yang sama sepertinya. Elora hanya bingung, padahal penampilannya saja di sekolah ini tidak pantas disebut pelajar, nilainya pun rata-rata merah dan banyak yang kosong, apalagi absensinya. Bisa dihitung jari ia masuk ke sekolah ini berapa kali dalam sebulan, tapi kerap guru-guru hanya menegur saja tapi tidak pernah benar-benar serius seperti memanggil Ayahnya. Its weird.

"Di sini saya membimbing kamu Elora, bagaimana saya bisa membantu kalau kamu tidak mau bercerita kejadian sebenarnya?" Setelah mengucapkan itu Bu Sena menghela napasnya.

Elora mengedikkan bahunya. "Apa yang dikatakan Pak Rasul itu kejadian sebenarnya, Bu."

"Kamu benar memukul Bu Yula? Pasti ada sebabnya, saya mau kamu kasih tau alasannya Elora."

Terdengar tarikan napas dari Elora, memang benar ia memukul Bu Yula, guru Bahasa Indonesianya. Tapi itu semua tak akan terjadi jika Bu Yula tidak menghinanya secara terang-terangan, ia tidak terima dengan perkataan gurunya itu yang menuduhnya telah menjual diri dan mengatainya pelacur. Tidak sepantasnya seorang guru berkata seperti itu di hadapan muridnya bukan? Memang sudah sejak ia awal masuk di sekolah ini, Bu Yula seolah memiliki dendam kesumat dengannya padahal jika di pikir-pikir ia tidak pernah membuat ulah dengan guru Bahasa Indonesianya itu. Sudah setahun lebih ia sabar dan tidak ingin melawan karena ia sadar kondisi bahwa Bu Yula adalah gurunya. Tapi yang tadi pagi itu keterlaluan baginya, Elora menghormati orang yang lebih tua darinya tapi itu bukan berarti mereka bisa seenaknya pada Elora, ia bisa saja membuat Bu Yula dipecat dari sini tapi ia tidak setega itu mengingat Bu Yula adalah single parent.

"Benar Bu, aku memang memukulnya." Elora mengiyakan perkataan Bu Sena.

Terlihat gelengan dari Bu Sena seolah tak percaya dengan tindakan Elora. "Ya Allah, Elora. Ayah kamu memang sosok yang berkuasa di kota ini tapi kamu tidak bisa melakukan tindakan semau kamu. Kamu harus paham batasan antara Guru dan Murid-nya, kabar ini sudah terdengar di kepala sekolah. Ayah kamu mungkin akan dipanggil ke sekolah."

Elora mendengus lalu berdiri dari kursinya. "Aku mungkin ngelakuin hal yang aku mau, tapi aku gaakan mukul Bu Yula kalau dia gak ngatain aku jual diri dan pelacur! Apa menurut Ibu sendiri hal itu pantas dikeluarkan dari mulut seorang guru yang seharusnya menjadi contoh yang baik untuk muridnya?" Tanpa sadar nada suaranya naik saat mengucapkan itu. Ia melihat ke samping lalu kembali duduk.

GANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang