;About Us

245 61 102
                                    

Happy Reading

Playlist : Ed Sheeran - All Of The Stars

"Semesta memang lucu, apa yang dia rencanakan selalu saja mengejutkan."

_____

Setelah Pak Ruben mengatakan hal itu padanya, pikirannya seketika menjadi blank, bahkan ia baru tersadar saat Moonel memanggil dan menarik tangannya, suara dentingan lift menandakan ia sudah sampai ke Basement, begitu keluar ia langsung berjalan cepat ke arah mobilnya dan naik bagian kemudi.

Sepanjang perjalanan Elora pun masih terngiang-ngiang ucapan terakhir Pak Ruben tadi, tidak tau apa niat Pak Ruben mengatakan hal itu kepadanya tapi itu cukup mempengaruhinya sampai sekarang, ia menancap gas mobilnya membuat jarum kilometer itu berada di angka 140. Untung saja jalanan daerah ini sedang sepi tapi itu berhasil membuat jantung Moonel ingin lepas sepertinya karena gadis itu langsung mendorong lengannya.

"Lo kalau mau ajak gue mati mending turunin gue sekarang!" tukas Moonel dengan nada tinggi.

Namun Elora bukannya memelankan kecepatan mobilnya, ia malah semakin mempercepatnya.

"Elora anjing! Pelanin gak?!" bentak Moonel.

"Apaan sih!"

"Elo yang kenapa! Bawa mobil kayak orang kesurupan, lo mau ditilang apa?"

Elora memutar bola matanya. "Ah berisik! Diem lo!" Yang terpenting sekarang ia harus cepat sampai ke rumah Ganta, semuanya masih jadi teka-teki, dan yang paling penting. Cowok itu membutuhkannya sekarang. Pandangannya fokus ke depan, lampu jalanan berkelap-kelip, ia menghela napasnya panjang.

———

Mobil Elora terpakir asal-asalan tepat di depan pintu masuk rumah Ganta dan ia bisa melihat beberapa anak orang berdiri di sekeliling rumah ini untuk menjaga. Dengan larian kecil ia dan Moonel masuk menerobos ke dalam sana, ia mendapati sosok Darrix yang sedang duduk di pinggir sofa, sontak ia langsung mendekatinya. "Ganta di mana?"

"Di lantai 2 sebelah kanan, pintu warna hitam. Ketuk dulu kalau lo mau masuk," jawab Darrix seraya merangkul Moonel, tanpa basa-basi Elora langsung melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang berada tak jauh darinya.

Elora melihat pintu berwarna hitam di hadapannya ini, ia mengetuknya 2 kali namun tak ada respon sama sekali jadi ia putuskan untuk membuka pintu itu perlahan agar tak mengeluarkan bunyi. Matanya menerawang mengamati ruangan berukuran besar ini, kamar Ganta begitu rapi dan jauh dari bayangannya, ia pikir cowok seperti Ganta pasti mempunyai kamar yang tak teratur. Namun masalahnya ia sama sekali tak menemukan Ganta, tempat tidurnya bahkan tak terlihat bahwa ada orang yang memakainya, tak lama Elora melihat sebuah pintu, ia masuk ke dalam sana dan berhenti dalam langkahnya ketika mendapati sosok Ganta tengah membelakanginya, Elora menelan ludahnya ketika melihat ada bekas goresan cukup dalam dan panjang di punggung Ganta dengan darah yang menetes-netes. Dengan langkah kecil ia jalan ke sana dan menyentuh bahu Ganta dengan tangan gemetar, sebab ia tak suka melihat darah entah mengapa.

"Ganta," panggilnya. Namun cowok itu tak meresponnya, kepalanya hanya ditundukkan ke bawah. Akhirnya Elora putuskan untuk pindah ke depannya dan berjongkok, ia memegang wajah Ganta agar melihatnya. Saat sosok itu menatap matanya, ia langsung bisa mengetahui bahwa ada sesuatu yang Ganta ingin beritahu padanya. Tatapannya beda seperti biasa, baru saja Elora ingin membuka mulut tapi langsung terhenti karena Ganta memeluk dan menaruh kepalanya di bahu Elora.Tubuh Elora menegang menanggapi reaksi tiba-tiba tersebut, ia hanya bisa diam tanpa membalas pelukan itu. Jantungnya berdebar begitu kencang, mereka berada di posisi ini cukup lama hingga Elora memberanikan diri untuk mengelus kepala belakang Ganta. Mereka seolah berbicara melalui bahasa tubuh.

"Punggung lo harus diobatin," ujar Elora memecah keheningan.

Tapi balasan Ganta ini membuatnya sedikit bingung sejenak. "Gue tau semuanya," sahut Ganta yang masih berada di posisi yang sama.

"Tau apa?"

"Apa yang Mike lakuin 3 tahun lalu." Ucapan Ganta itu berhasil membuat tubuh Elora menegang. Dia tau jelas pasti Mike yang sengaja memberitahu Ganta soal ini agar Ganta menjauhi dirinya.

Elora melepas paksa pelukannya lalu berdiri."Bagus kalau lo udah tau, dengan ini s—"

"Gue minta maaf." Ganta menyela cepat, suaranya menyerupai bisikan kecil. Elora menelan ludahnya melihat Ganta yang terlihat sangat berbeda. "Kenapa lo minta maaf?" tanyanya.

"Untuk perkataan gue yang ngerendahin lo."

"Lo gak perlu kasihanin gue!"

Mendengar itu Elora tertawa garing. "Lo tau kenapa gue gak pernah protes kalau lo bilangin gue murahan?"

"Karena kenyataannya memang itu diri gue yang sebenarnya Gan. Gue bukan seperti cewek-cewek yang ada di luar sana," lanjut Elora, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ganta ikut berdiri dan memegang kedua lengannya, tatapannya begitu datar tanpa ekspresi. "Lo gak murahan. Apa yang terjadi bukan salah lo."

"Tapi gue mau-mau aja di sentuh sama dia Ganta!" ungkap Elora, tatapannya begitu terluka dan sepertinya itu cukup menyentuh empati Ganta. Ia kembali memeluk Elora dengan sangat erat, "kebrengsekan Mike gak seharusnya buat lo nanggung ini semua, jangan pernah merasa rendah Elora."

"Tapi kenyataannya gue yang nanggung ini sendiri. Mungkin ini salah satu alasan kenapa Ayah gue semakin jauh sama gue. Dia jijik punya anak yang gak—"

"Sst ... jangan ngomong sembarangan, Ra."

"Gue gak ngomong sembarangan! Gue ngomong sesuai dengan apa yang terjadi!" Suara Elora bergetar saat mengucapkan itu.

"Berhenti nyalahin diri lo."

"Gue malu sama semua orang, Ganta." Elora memukul dada Ganta, "gue juga malu sama diri gue sendiri!"

Ganta mengelus rambut Elora lembut, tatapannya menajam seiring perkataan Elora. Kebenaran yang Mike katakan benar-benar mengambil alih logikanya, ia lepas dari jangkauan pikirannya sendiri. Seketika rasa ini semakin kuat, ia sudah yakin dengan apa yang ia pilih sekarang. "Lo gak perlu malu sama gue. Gue bukan orang lain."

Elora menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi lo gak kenal gue kayak gimana!" Ganta sendiri bisa merasakan dadanya basah air mata gadis itu.

"Gue boleh minta sesuatu?" Perkataan ini membuat Elora mendongakkan kepalanya menatap Ganta.

"Minta apa?" tanyanya serak.

Ganta tersenyum tipis seraya menyeka air mata Elora. Ia menatap gadis ini cukup lama sebelum meyakinkan keinginannya ini, memang sudah seharusnya seperti ini, sejak pertama kali ia bertemu Elora, hidupnya pasti tidak akan sama dan monoton seperti sebelum-sebelumnya. Gadis ini seolah punya magnet yang membuat Ganta selalu terikat dengannya, entah dalam hal apa dan hari-hari kemarin adalah bukti bahwa mereka berdua tak bisa saling jauh dan pasti akan bertemu, ia melupakan satu fakta bahwa mereka sama. Keduanya sama-sama memiliki rahasia kelam yang bisa saling menghancurkan diri mereka.

"Gue mau lo terima ..." bisik Ganta menggantung.

"Kalau mulai sekarang, gue gak akan lepasin lo dari hidup gue." Setelah itu Ganta mendekatkan bibirnya ke telinga Elora membisikkan sesuatu di sana. "Lo ... punya gue."

To Be Continue

———

Hai! Baru update lagi nih, aku lagi ujian ya pren.. jadi gak update, tapi hari ini aku double update kok😌 jangan lupa tinggalin vote dan komenn💞

Instagram : @Rinpoetrys.

Love, Rin❤️

GANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang