Swipe for mulmed♪
Bismillah, Happy reading!♥-•-•-
Sebenarnya aku berniat untuk berjaga semalaman. Namun ternyata duduk di tepi jendela sembari berpikir keras membuatku mengantuk. Tak dapat dielakkan lagi, aku pun tertidur.
Aku terbangun ketika Rasahana dan Hulwa berbincang di dekatku. Suara mereka yang masuk ke dalam mimpiku membuatku membuka mata dan terlonjak kaget. Bukan, bukan karena perbincangan mereka. Tapi karena teringat bahwa aku seharusnya tetap bersiaga.
"Eh,maafkan kami. Suara kami mengobrol terlalu keras,ya?" tanya Rasahana.
"Astagfirullah! Pasti suaraku ini membuat semua orang tak bisa tidur dengan tenang," Hulwa menepuk dahinya.
"Tidak, bukan salah kalian, kok. Suara kalian malah membantuku untuk bangun dan mengingat bahwa aku harus tetap siap siaga. Lagipula, suara kalian tidak akan sampai ke ruangan yang lain, jadi jangan khawatir."
"Kalila, kamu tak menyangkal bahwa suaraku terlalu keras. Jangan-jangan memang benar?" Hulwa memasang wajah memelasnya.
"Emm.."
"Benar, tapi aku juga sama denganmu," sahut Rasahana.
Huft,Alhamdulillah. Rasahana selalu bisa mengendalikan situasi.
"Oh,iya,bagaimana persiapannya?" Yup, akhirnya kuputuskan untuk memasuki pembicaraan utama saat ini.
"Alhamdulillah semua berjalan lancar!" Hulwa dengan polosnya kembali meningkatkan volume suaranya.
"Sshhh"
"Oh,maaf!"
"Tak apa. Iya,Alhamdulillah semua baik-baik saja. Termasuk kejutan kita nanti," ucap Rasahana sambil mengacungkan jempolnya.
"Kejutan? Apa itu?" Hulwa memberi kami berdua tatapan menyelidik.
Yah, tidak baik juga meninggalkan seorang teman dalam keadaan tidak tahu apa-aoa di tengah rahasia. Tidak boleh. Jadi kami memberi tahunya rencana tambahan kami berdua, dan membuatnya ikut andil.
"Benarkah?! Bismillah, aku tidak sabar lagi!"
-•-•-
"Kalian, ayo kita ke posisi yang sudah ditentukan!" Kak Raihan sibuk mengarahkan kami semua.Aku, Rasahana, Hulwa, dan Alfath. Sebagai yang tertua, mungkin Kak Raihan merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keberadaan kami.
"Baik,kak!"jawab kami serempak.
Kami segera berlari menuju ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah disini terbagi menjadi dua.
Cabang pertama, untuk pasukan utama dari sekolah ini. Mereka nantinya akan menyergap musuh dari belakang.
Cabang kedua, tempat kami bertarung nanti. Kami mendapat peran sebagai pasukan bayangan. Saat yang lain sibuk bertarung, kami akan menembak dari celah kecil yang terhubung dengan jalan di atas tanah. Namun, tempat kami dapat diketahui oleh pasukan Israel bila mereka memiliki alat pemindai. Semoga saja mereka tidak membawanya, Aamiin Yaa Allah.
Kami berlari dengan langkah demi langkah yang berhati-hati. Kak Raihan berkata bahwa sebisa mungkin kami tidak menimbulkan suara sama sekali. Jika sampai ada suara dari kami, maka suaranya akan sampai kepada orang yang berada di atas, dan keberadaan kami terbongkar.
"Kak Raihan, dimana senjata kita?" tanyaku bingung.
"Tenang, sudah disiapkan disana. Kita tinggal memakainya."
"Alhamdulillah kalau begitu," Rasahana mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ini untuk kalian, pakailah," Alfath memberikan kami masing-masing sepasang alat semacam mikrofron dan airpod kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalila
Teen Fiction"Cepat! Pergi dari sini!" "Tidak! Kalila tak mau kehilangan lagi.." "Pergi,Kalila!" "Ta..Tapi.." Buk! Kalila didorong menjauh dari sana. Terlihat orang yang disayanginya itu sedang.. Dieksekusi. ♥~♥~♥ Tentang pengorbanan, keluarga, persahabatan, cin...