Dibalik Tabir yang Tertutup Rapat

26 6 0
                                    

"Umm,Ada yang aneh," kemudian aku menceritakan mimpiku, atau kenyataan, Entahlah, pada Rasahana.

"Apa kamu tahu apa yang kulakukan sebelum tidur? Atau, dari mana aku?"

"Tidak. Aku dan Hulwa menemukanmu sedang tertidur disini setelah pulang dari kerja bakti membersihkan sekolah."

"Ukh, aku benar-benar tidak mengerti ada apa ini."

"Baiklah, kita tidak punya petunjuk untuk malam ini. Bagaimana kalau kamu tidur dulu, dan besok kita selidiki lebih lanjut, sambil sekolah," Rasahana menepuk-nepuk ujung selimut tipis yang menjadi tempat kami tidur.

Aku menurut dan segera berbaring. Rasahana tersenyum senang dan kembali ke tempatnya.

"..Rasahana, terima kasih," lirihku.

"Hm? Kenapa?"

"Karena selalu bersamaku, juga membantuku," aku menyimpul senyum.

"Itu,kan,kewajibanku. Karena kita adalah sahabat sampai ke Syurga-Nya."

"Aamiin."

Dan kami berdua pun tertidur, bersamaan dengan hembusan angin malam yang semakin dingin, menusuk tulang.

-•-•-

Tok,tok

Seseorang mengetuk pintu tua kamar ini. Aku, Rasahana, dan Hulwa yang baru saja selesai melaksanakan sholat subuh berjamaah saling bertukar pandang.

"Baiklah, aku saja," aku bangkit dari duduk dan membuka pintu pelan-pelan. Tentu saja harus pelan-pelan. Siapa yang datang di waktu subuh seperti ini?

Setelah membuka pintu, tampaklah seseorang yang berdiri tegak, dengan mulut tersenyum ramah. Uh, siapa ini? Wajahnya tidak kelihatan karena gelap.

"Assalamu'alaikum, ini aku, Kak Tia. Aku mengganggu,ya?" Kak Tia yang tersadar bahwa aku beberapa kali menyipitkan mata untuk melihat ia siapa pun membuka suara.

"Wa'alaikumussalam," jawab kami serempak.

"Tidak sama sekali, Kak Tia. Ada perlu apa Kak Tia datang kemari?" tanyaku.

"Mulai hari ini-"

"Ah!" tanpa sadar aku sedikit berteriak kaget. Tiba-tiba peristiwa yang kurasa adalah kenyataan kemarin kembali membayangiku. Ini saat yang tepat untuk menanyakannya pada Kak Tia.

"Kenapa, Kalila?"

"Kakak..kejadian itu, apa benar?" tanyaku setengah berbisik.

Bukannya menjawab, Kak Tia hanya mengulas sebuah senyum yang tak dapat kuartikan. Setelah itu, Kak Tia menjelaskan bahwa dia akan menjadi pengajar juga disini, pengajar pembimbing. Dan hari baru kami pun dimulai.

"Assalamu'alaikum,Semua!" Alfath berjalan ke arah kami yang sedang mengamati pelajaran yang disampaikan.

"Wa'alaikumussalam."

"Psst!" aku memberi isyarat pada Alfath untuk diam, menghormati guru. Lagipula, jika dia berisik, tentu aku tak dapat menangkap pelajaran dengan benar.

"Oh,iya,maaf," bisiknya seraya berlalu meninggalkan kami dan menghampiri Kak Haikal.

Sekarang, kami bisa kembali fokus pada pelajaran.

"Anak-anak, siapa yang tahu arti dari tawakal?" Pertanyaan dari Ustadz membuat semuanya terdiam, berpikir.

"Saya tahu, Ustadz," aku mengangkat tanganku.

"Ya, Kalila. Silakan."

"Tawakal artinya berserah diri kepada Allah, namun tentunya harus disertai dengan usaha," jawabku, yang seketika tertegun dengan jawabanku sendiri.

"Kalila?"

"Pst,Kalila? Kalila?" bisik Rasahana, memberi kode padaku untuk segera tersadar.

"Eh,iya,Ustadz."

"Alhamdulillah,benar,Terima kasih," ujar Ustadz, yang disusul anggukanku.

Benar. Ketika kita mendapat masalah, kita harus berusaha untuk menyelesaikannya, mencari solusinya. Kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah, disertai do'a. Itulah tawakal.

Aku tak bisa hanya berdiam diri seperti ini. Begitu pikirku, yang pada akhirnya membawaku untuk menjumpai Kak Tia selepas belajar.

"Kak Tia.." panggilku.

"Iya?" Kak Tia tersenyum ramah padaku.

"Tentang rahasia itu..bagaimana?"

"Ah,iya. Ayo kita pulihkan rahasia itu," Kak Tia mendekatkan kepalanya ke telingaku dan membisikkan sebuah kalimat.

"..."

Aku tersentak kaget dan spontan melangkah mundur. Tanganku saling menggenggam satu sama lain. Ada apa ini? Kenapa aku gemetar mendengarnya?

Sekelebat ingatan meluncur, bertebaran di dalam kepalaku. Kak Tia memelukku erat, sembari membisikkan kata 'maaf'. Aku menarik napas dalam-dalam, mengangguk pelan.

-•-•-

"Bagaimana, Kalila? Apa rasanya enak?" tanya seseorang di depanku.

Wajahnya memburam. Meski aku menyipitkan mataku berkali-kali, wajahnya tetap tak bisa kulihat.

"Iya, Abi!" jawabku riang.

Tunggu dulu. Aku tak berbicara apapun. Mulutku berbicara sendiri. Dan- Abi? Jadi ini adalah Abi? Hatiku terasa sangat sakit. Aku merindukan Abi.

Saat hatiku ingin sekali memeluk Abi, tubuhku berkata lain. Tanganku yang mungil itu mencomot makanan yang diberikan oleh Abi. Sepertinya itu tempe. Lihatlah, bahkan tanganku menjadi lebih kecil dari yang sekarang.

Sesuatu membawaku berputar, ke sebuah reruntuhan. Lagi-lagi ada Abi dan aku. Badanku bergerak sendiri, diluar keinginanku. Apakah ini masa lalu?

"Kalila!" panggil Abi.

"Iya, Abi!" dengan tertatih-tatih, aku berusaha berlari menghampiri Abi.

"Kalila, jangan kesini!"

"..ha?"

"Jangan kesini!"

"Kalila mau sama Abi," rengekku.

"Kalila, menurutlah, kembalilah pada Ummi..disini..berbahaya.." Abi tampak berusaha menutupi kesedihannya dengan tersenyum cerah.

Mungkin aku yang dulu tak menyadarinya, tapi sekarang aku dapat melihat maksud dari senyuman Abi.

Matahari perlahan terbit. Cahayanya menyeruak, membuat dunia bersinar. Kakiku perlahan-lahan mundur. Walau menangis, aku tetap berlari menjauh dari Abi.

Saat itulah beberapa tentara Israel datang menghampiri Abi dan teman-temannya. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi setelah melakukan perlawanan, beberapa teman Abi terkapar tak berdaya. Abi terluka parah. Lalu, para tentara itu sepertinya menyuntikkan sesuatu pada tubuh Abi.

Matahari semakin meninggi. Bersinar terang. Semua yang tak terlihat menjadi jelas. Aku terbelalak kaget. Aku berhasil melihat..wajah Abi yang bermandikan cahaya mentari kala itu.

-•-•-

"..Hah! Hah!" aku sudah kembali.

Kak Tia masih memelukku seperti sebelumnya. Napasku tersengal-sengal. Jari-jariku memucat. Aku menolehkan kepalaku pada Kak Tia, menatap dengan pandangan bertanya-tanya, yang dijawab olehnya dengan anggukan.

"Jadi, Abi adalah.."

🌼🌼🌼

Maaf baru sempet up🙏🏻🤧
Banyak tugas dari sekolah, dan ada satu dua hal lainnya.
Makasih banyak sudah membaca!

Reader sekalian~^^
Jangan lupa Vote dan Comment nya yaaa
Love you countless♥

-Nayqiyya

KalilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang