3 Magic Words

2.7K 187 1
                                    

Hiruk-pikuk roda koper yang ditarik, perpaduan suara dengan bahasa dan logat yang berbeda, merupakan salah satu ciri khas bunyian bandara. Hampir keseluruhan orang menarik koper dan berbicara entah pada teman di sebelah, pada petugas yang ada di bandara, ataupun pada kerabat yang dihuhungi lewat ponsel.

Tak berbeda dengar seorang gadis yang berbusana tertutup, menggunakan jeans panjang yang dipadukan dengan mantel sebagai penutup kaos di dalamnya, tengah mengiring koper besar pula. Dilihat dari gelagatnya dia turis yang baru saja sampai. Kepalanya mengadah ke sana ke mari seolah mencari keberadaan seseorang, sembari mendengarkan arahan dari ponsel yang melekat di telinga kirinya.

"Dia betulan sudah kemari kan? Bagaimana aku bisa ingat setelah sudah bertahun-tahun tak bertemu? —— ah, yang benar saja! Tak hanya satu yang memakai tuxedo hitam, dan ce——" ungkapannya terpotong kala sesuatu yang terdengar sama dengan yang deskripsikan sang mama melalui telfon, sepertinya telah dijumpai.

"Tunggu tunggu, tak banyak yang menggunakan nama Kim Jisoo di Venice kan, bu?"

"Ah sepertinya dia sudah ku temukan. Nanti akan ku hubungi lagi, bye."

Bip!

Beriringan dengan sambungan telfon yang diputus, langkah boatnya di tarik ke arah pemuda yang sepertinya adalah orang yang ia cari. Menurunkan sedikit, kacamata yang bersarang di pangkal hidung, ia menatap pria itu tanpa rasa canggung.

"Min Yoongi?"

Pria putih yang memiliki wajah yang kurang bersahabat tersebut mengangguk. Ia menurunkan kertas yang bertuliskan nama si tamu nan telah ia tunggu puluhan menit lalu.

"Kim Jisoo." ujar gadis itu sembari paksakan senyuman sok akrab.

"Aku sudah tahu."

Bertepatan dengan dugaannya jika pria ini adalah orang yang kaku dan cuek, gadis yang bernama Jisoo itu menggulir bola mata, kemudian menarik kacamatanya kembali ke posisi semula.

"Bawakan koperku."

Tak ada gemingan apapun dari pihak yang disuruh, membuat Jisoo memberngut sebal. Apalagi, tatapan yang ia terima dari pemuda ini sangat tidaklah ia suka.

"Tak usah menatapku seolah ingin membunuh jika tak mau. Cukup tolak dan katakan kau tak mau, aku pasti akan langsung mengerti. Tcih, aku hanya minta tolong."

"Tak ada kata tolong dalam kalimatmu, nona."

Ini melampaui ekspektasi. Selain berwajah tak enak dipandang, ternyata pria ini jugalah bermulut pedas dan menyebalkan. Semakin malas berlama-lama, Jisoo menarik langkahnya pergi dengan menarik koper sendiri.

"Tak pernah berubah." ujar pria yang ditinggalkan, lalu menyusul gadis itu.

***

Tok.. Tok.. Tok..

Irama ketukan pintu, mengema seisian kamar. Namun si penghuni terlihat tak mendengar suara apapun, selain musik yang ia setel dan terhubung ke telinga melalui kabelan heatsed yang menyumbal.

Klek.

Tak kunjung dibukakan atau mendapat seruan apapun, manusia yang tadinya masih mempertahankan kesopanan untuk tak menerobos masuk, telah membawa kakinya bergerak dari ambang pintu. Dengan wajah datar, ia berjalan lurus ke arah gadis yang sedang tiduran dengan posisi, kaki naik ke dinding, mata terpejam, dan telinga disumbal.

"Waktunya makan malam, mari turun."

Tak mendapat gemingan lagi, pria berkaos hitam tersebut, menarik penyumbal telinga si gadis. Namun empunya tak kunjung membuka mata. Ternyata betulan ketiduran.

For Jisoo-yaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang