Saat ini Saka Dkk sedang berada di aprtemen milik Rava. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk main game.
"Gila emang gue gak nyangka kalo ada cewek yang berani nantang lo!" ucap Rano kepada Saka.
"Iya gue juga gak nyangka anjirr." ucap Ian.
"Eh btw kok dia kaya gak ngerasa takut sama sekali ya sama lo?" tanya Rava.
"Mana gue tau." jawab Saka.
"Lo suka ya sama tu cewek?" tanya Rava lagi.
"Kagak!" jawab Saka singkat.
"Elehh gaya-gayaan lo sekarang aja bilangnya kagak nanti suka beneran mampus dah lo." ucap Rano sambil menjitak kepala Saka.
"Sakit begoo,, terserah gue lah mau suka ama siapa aja, emang apa urusannya sama lo, dodol?" ucap Saka kesal.
"Weh diem-diem bae lo?" ucap Rano tidak menanggapi ucap Saka lalu bertanya kepada Dava yang sedari tadi tak bergeming dari aktifitasnya yaitu membaca komik. Sedangkan yang diajak bicara hanya melirik saja tanpa menjawab ucapan Rano.
"Emang enak lo dicuekin,, makanya jangan ganggu dia sama pacarnya tuh,, udah tau bakal dicuekin juga masih aja diajak ngomong." ucap Saka yang langsung mendapat tatapan tajam dari Dava.
"Btw.. jadi nginep sini 'kan lo pada?" ucap Rava pada teman-temannya.
"Iyalah.. Males pulang gue." ucap Rano.
"Kalo lo gimana Dav?"
"Hm." Dava hanya menjawab pertanyaan Rano dengan deheman. Merekapun tahu kalau Dava itu sedang tidak berhubungan baik dengan keluarganya. Kedua orang tua Dava adalah pebisnis besar hingga mereka tidak pernah memerhatikan Dava yang notabenya adalah anak mereka, tapi mereka justru lebih mementingkan pekerjaan mereka.
"Masih berantem lo sama keluarga lo?" tanya Rava.
"Msh." ucap Dava.
"Lo gak boleh kaya gitu Dav, mereka 'kan emang sibuk itu juga buat lo 'kan?" ucap Rano karna ia tau sahabatnya ini sedari kecil. Mereka bersama hingga saat ini, maka dari itu Rano tau kalau Dava sangat kesepian saat dirumah.
Hal itu juga yang menjadikan sikap Dava menjadi bad boy, dingin tak tersentuh ia pikir dengan dia menjadi bad boy orang-orang akan memerhatikannya termasuk guru-guru di sekolah sekalipun. Walaupun harus menjalani hukuman, masuk-keluar ruang BK setiap haripun. Karna hanya dengan itu ia akan mendapat perhatian disekitarnya.
"Hm." jawab Dava.
"Yaelah perasan lo kalo jawab pertanyan singkat mulu, gak ada kata lain selain 'hm' 'iy' 'gk' apa? kesel gue!" ucap Saka sedangkan Dava tidak menggubris ucapan Saka sama sekali.
"Yaudahlah gua juga mau nginep sini." ucap Ian.
"Kalo lo gimana ka?" tanya Ian kepada Saka.
"Kagak, gue pulang nanti bokap mau keluar kota ama bonyok, gue disuruh jaga Fisya kasian dia dirumah sendirian." ucap Saka.
"Wahh gue juga mau dong jagain pujaan hati gue." ucap Ian. Bukan hal baru lagi bagi mereka saat Ian mengatakan hal tersebut. Karna memang Ian sangat menyukai adik Saka dari dulu, tapi Saka sama sekali gak restuin Ian dengan alasan jika Fisya masih kecil belum boleh berpacaran. Tetapi bukan masalah bagi Ian jika ia harus menanti gadisnya beranjak dewasa, setelah itu ia akan mendapat restu dari calon 'kakak ipar' kalau kata Ian.
"Berani macem-macem gue gibeng lo!" ucap Saka sambil menatap Ian tajam.
"Hehehehe peace elah." ucap Ian sambil cengengesan dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk peace✌.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Saka
Teen Fiction"kamu tau? Ada tiga hal di dunia ini yang gak bisa aku hitung jumlahnya." ucap saka sambil memandangi langit yang dihiasi oleh banyaknya bintang. "apa?" tanya anggi menatap objek yang sama dengan saka. "yang pertama, banyaknya bintang di langit. Yan...