[MMS 11]

18 1 1
                                    

"Kenapa lo?" tanya Rano.

"Gpp." jawab Saka singkat.

"Cerita aja ngapa? Gausa sok gengsi lo." desak Rano.

Saka tak menghiraukan ucapan Rano, Saka berjalan menuju rooftop untuk nenangin pikiran yang sejak semalam belum bisa ia kendalikan.

Dipertengahan jalan menuju rooftop, mata Saka tak sengaja bertemu dengan iris mata milik Anggi. Anggi yang menyadari Saka menatapnya pun segera memutus kontak antara mereka bedua.

Saat mereka berpapasan, tanpa kata Saka langsung melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Dan itu sukses membuat hati Anggi mencelos.

Entah mengapa ia tidak suka Saka yang bersikap cuek kepadanya. Ada apa dengannya ini? Bukankah ini yang ia harapkan? Saka menjauh darinya.

"Nggi, lo gak papa?" tanya Nadira.

"Gapapa." ucap Anggi lalu melanjutkan langkahnya.

Sesampainya Saka di rooftop ia mencoba mengingat apa yang barusan ia lakukan? Ia melakukan itu karna ia mencoba menuruti apa yang Anggi mau.

Salahkah dia berlaku seperti itu? Kenapa perlakuan sama hatinya tidak sinkron? Perlakuannya seolah mengikuti apa yang diinginkan oleh Anggi, namun hatinya sakit saat ia mengacuhkan Anggi.

"Gue gak mau kayak gitu sama lo, nggi." gumam Saka.

"Masalahnya akan kelar dan gue bakal berjuang buat dapetin lo." lanjut Saka.

***

"Lo kenapa sih, nggi? Dari tadi diem mulu perasaan." tanya Nadira heran.

Saat ini mereka sedang menghabiskan waktu istirahat dikantin.

"Ha? Gapapa." ucap Anggi.

"Boong banget tau, nggak?" ucap Qila.

"Apaansih? Emang gapapa kok." kilah Anggi.

Saat tengah menikmati makanan yang mereka pesan, tiba-tiba Saka dkk mendatangi meja mereka.

"Hai." sapa Saka.

Teman-teman Anggi menyapa balik kecuali Anggi yang sedari tadi hanya diam.

"Woi, disapa bukannya dijawab malah diem aja." ucap Saka.

"Hm." balas Anggi dengan deheman.

"Gabung ya," izin Rava yang langsung dizinkan oleh Qila.

"Napa lo, diem mulu." ucap Saka kepada Anggi.

"Sak, kok lo masih deketin gue, sih? Bukannya udah bagus tadi lo ngehindar dari gue? Bukan apa-apa ya, Sak. Gue cuma gak mau kejadian itu terulang lagi. Plis deh, seenggaknya kita jaga jarak. Mending lo jangan disamping gue." ucap Anggi penuh dengan kekesalan.

"Kalo bisa deket, kenapa harus ngejauh? Lagian, gue pastiin Arsya gak bakalan ganggu lo lagi. Jadi gak usah khawatir, tenang aja." ucap Saka tenang.

"Lo bisa ngomong gitu, gue yang kena imbasnya ntar," protes Anggi.

"Yaudah sih, biarin aja. Gak usah diladenin. Kalo dia berani macem-macem, nih ada gue yang selalu setia setiap saat."

"Lu kata rexona 'setia setiap saat.'" celetuk Ian yang membuat mereka semua terkekeh.

"Serah gue lah. Lagian emang bener 'kok, gue bakal setia setiap saat buat jagain Anggi, jadi tenang aja." ucap Saka enteng.

"Serah lo. Tapi awas aja ya gue gak mau pacar lo gangguin gue lagi." ancam Anggi.

"Pacar apaan sih, gue gak punya pacar." sanggah Saka.

"Tapi dia ngaku pacar lo, tuh."

"Oh, jadi lo cemburu?"

My Sweet SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang