2 PART NIH!! Gantiin yang kemaren gak up soalnya, huhuhuhu:'(
Happy Reading!
------------------------------------------
“Alibinya Rasi itu Bayak, bahkan Seekor Bunglon aja bisa jadi alibinya.” -Mentari
~~~Hard Heart that Hurt~~~
Kini, suasana kelas sangat lah kondusif. Tidak seperti biasanya, bising, rusuh, abstrak mungkin.
Disinilah kehebatan guru matematika Altair. Bukan galak, kejam, atau yang suka main denda-dendaan. Lalu yang bagaimana? Ah, nanti kalian juga tahu sendiri.
Tok tok tok!
Suara ketukkan pintu kelas berhasil membuat semua orang di dalamnya menoleh ke sumber suara.
"Masuk...." Pak Lingga, santai.
"Maaf Pak, saya terlambat," ujar Rasi setelah membuka pintu kelas.
"Mau kemana kamu?" tanya Pak Lingga.
Aneh, tidak seperti guru lainnya. Murid telat masuk bukan ditanya dari mana, tapi malah mau kemana.
Namanya Pak Lingga, seantero Altair memanggilnya Pak Ingga. Beliau adalah guru matematika wajib kelas 10 dan 11 yang terkenal tijel. Jie elah tijel? Wkwkwk..
Sifat Pak Lingga yang tidak pernah terbaca, membuat dirinya tidak disukai oleh murid-muridnya.
Umurnya sekitar 40 tahun. Tapi, sifat keanak mudaanya masih melekat dalam dirinya.
Namun, tak semua murid Altair tidak menyukainya. Masih ada beberapa yang bisa dibilang menyukainya, tentu saja bukan karena dirinya. Tapi karena matapelajaran yang diajarinya. Kasihaaan..
"Izin masuk Pak, boleh?" jawab Rasi sesopan mungkin.
"Tidak."
"Yah.. Pak. boleh dong, Pak," Mohon Rasi memelas. Sementara anak-anak yang lain hanya diam karena tidak ingin menjadi korban ketidak jelasan dari gurunya itu. Ngomong dikit, nilai rapot mines sepuluh!
"Jadi anak-anak. Bapak harap kalian tidak mengecewakan disemester tiga ini, kalian harus rajin mengerjakan tugas dari Bapak dan tidak boleh membolos ... Mengerti anak-anak?" jelas Pak Lingga panjang lebar tanpa memedulikan perkataan Rasi.
"MENGERTI PAKKKKK," jawab serentak seisi kelas. Sementara Rasi hanya berdiri di ambang pintu.
"Loh, kamu. kamu ngapain disana? ... Kamu tidak mau masuk pelajaran saya? ... Apa kamu tidak mau diajarin saya lagi? Gak sopan kamu ini, baru juga kelas sebelas sudah seperti ini," ujar Pak Lingga pada Rasi yang telah menyatukan alisnya. Ketijel Pak Lingga sepertinya sedang kambuh.
"Tadi kan. Bapak sendiri yang gak bolehin saya masuk," jawab Rasi sabar.
"Kamu kalau tidak ingin diajar saya lagi bilang. Jangan berdiri di pintu seperti itu. Cepat masuk!" seru Pak Lingga, "teman kalian yang seperti ini tidak patut dicontoh. Mengerti?!" lanjut Pak Lingga seserius mungkin. Hah?!
"MENGERTI PAKKKKK," jawab mereka serentak. Terserah Bapak aja deh!
Rasi hanya mengelus dadanya pelan. Tidak, Rasi tidak boleh kehilangan kendali, bisa-bida nilai yang jadi ancamannya.
Rasi berjalan menuju kursinya di urutan kedua, baris ke dua dari pintu, dia melihat Saturnus yang sudah memberikan tatapan aneh. Kemudian dia duduk di samping Mentari, tentu saja di depannya terdapat Saturnus dan Batari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard Heart that Hurt (H2tH)
Teen Fiction"LO TAU SAMPAH GAK? KALO GAK TAU, LIAT DIRI LO SENDIRI ... GIMANA? GAK ADA BEDANYA BUKAN?" -Askara Baskara Anantadewa. Siswa teladan dan paling disegani karena kepintarannya di Altair High School. Sekolah tersohor ke 2 setelah Atlantis High School...