3. Teman Pintar

115 8 4
                                    

Happy Reading!

-------------------------------------------

"Teman Pintar. Walaupun tidak seperti kenyataannya yang memiliki kekurangan, tapi bisa menyempurnakan ikatan pertemanan. Menurut ku, jika kalian menjalin pertemanan dengan orang-orang yang sempurna dan tidak memiliki sedikit pun kekurangan, ketahuilah itu bukan pertemanan yang sesungguhnya."-Saturnus

~~~Hard Heart that Hurt~~~


"Rasi kemana sih?!" tanya Saturnus, cemas.

"Iyah. Teh Asi di mana yah? Liat deh! Tinggal kita bertiga doang di kelas," ujar Mentari seperti anak kecil.

"Ke toilet sih satu jam!" gumam Saturnus masih merasa kesal sejak kejadian tadi.

"Udah, Sat. Mungkin dia lagi ada perlu," ujar Batari positive thinking. Batari memang selalu menjadi penengah dalam persahabatan mereka, tugasnya selalu mencairkan suasana. Berbeda dengan Rasi si pemberi umpan dan Saturnus si penerima umpan. Kebayangkan?

"Udah yuk ke kantin aja. Udah enggak sabar ketemu aa Karkar!" ajak Mentari, semangat.

Dia Mentari. Secuil mungil kecil dari ALTAIR HIGH SCHOOL yang mengidolakan seorang Askara. Oke, mungkin itu terlalu berlebihan.

Kerap kali dirinya memanggil Askara dengan sebutan Aa Karkar, dan dia menyebut dirinya sendiri sebagai Dede Tartar. Tak lupa dengan yel-yel yang selalu Mentari ucapkan. 'AA KARKAR! DEDE TARTAR IN HERE!' katanya sih biar ada couple-couplenya sedikit. Biarpun seuprit!

'Askara mah ya. Udah kasep, baik hati, berprestasi, pinter nyanyi, badannya tinggi, jadi panutan siswa siswi. Idaman para calon istri ayeuna mah euyyyyyy. Manntap pisan!'

Itu kalimat yang selalu dilontarkan Bu Ede saat di ruang guru ataupun di ruang BP. Inget ya! Pandangan guru biasanya gak pernah salah. Biasanya!

Kini, tiga orang sahabat itu sudah berada di kantin. Tapi tidak ada satu tempat pun yang kosong. Semua sudah terisi penuh. Kecuali satu meja yang terpampang manis di ujung sana. Koshong melomphong gaissse!

"Itu! Itu disana. Ayo!" pinta Mentari pada dua sahabatnya.

Saturnus mengedarkan pandangannya,  kedua matanya memicing saat melihat makhluk yang enggan ditemuinya. Ada setan, Nus?

"Enggak! Kita makan istirahat kedua aja," ujar Saturnus sensi seketika.

Batari yang melihatnya hanya tersenyum senyum mengerti.

"Ihhh Nunus! Kamu kok gitu sih. Aku udah laper tau," ujar Mentari kecewa. "Iyakan, Batari? " lanjutnya merengek sambil menarik-tarik tangan sahabatnya itu.

"Iya, Sat, Kasian Mentari udah kayak bayi belum ganti popok tuh!" ujar Batari meledek.

TUIINGGG!

Satu tempelengan ringan berhasil mendarat di kepala Batari. "Aku bukan bayi tau!" Sang korbanpun hanya tertawa tanpa berdosa.

"Udah cepetan keburu bel. Laper nih. Gue tau lo juga laper, Sat."

"Males gue, Bat," ujar Saturnus tidak semangat.

Hard Heart that Hurt (H2tH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang