2. Bukan Saya

158 7 2
                                    

Enjoy this chapter!

-----------------------------------------------

"Bukan Saya. Dua kata yang bisa membela diriku. Tapi kenapa aku tidak mengatakannya? Apa mungkin Tuhan sudah memulai skenario baru untuk ku?"-Rasi

~~~Hard Heart that Hurt~~~


Rasi melanjutkan langkahnya menjauhi tempat itu.

Seketika rasa penyesalanpun menyelimuti pikirannya.

'Kalo dia mati beneran gimana? Terus kalo gue digentayangin gimana?'

Tak tahu apa yang saat ini Rasi rasakan. Tiba-tiba saja kakinya melangkah tanpa persetujuannya.

Masih dalam keadaan yang sama. Cowok itu hanya meringis pelan, ia tampak kesakitan dan tidak bisa bergerak.

Namun, langkahnya kembali terhenti saat dirinya sudah mulai mendekati.

'Trus harus apa nih?!'

Rasi salah tingkah. ia berfikir sejenak. Oh!

"Ekhm.. ada yang bisa saya bantu?" tanyanya menggebu-gebu.

katakan saja Rasi sedang miring, menghadapi cowok sendirian merupakan hal tersulit baginya.

"Ck, dateng juga lo," ujar cowok itu, parau.

Rasi memutar bola matanya. "Iisshh ... baru nawarin bantuan. Diomelin." Monolognya melipat kedua tangan.

"Ngomong apa lo? Ngajak berantem!?"

"Gak ngomong! Siapa yang ngomong?!"

"Ck, kalo posisi gue gak kaya gini, gue abisin lo!" ancam Cowok itu membuat Rasi bergidik ngeri.

'Ternyata orang yang gue suka kaya gini? Nyesel deh. Galak banget!' batin Rasi penuh penyesalan.

"Iihh... Kerjaan lo cuma 'ck ck'. Udah ah gue mau ke kelas," ucap Rasi jengkel. Luntur sudah sikap sok tidak kenalnya. Ada yang bisa saya bantu?

"WOI!! Rese banget lo! Cepetan tolongin gue!"

Rasi benar-benar berniat untuk pergi. Apa sih gunanya menolong orang yang tidak tahu cara meminta tolong dengan baik dan benar? Pikirnya sekilas.

Tapi dengan terpaksa, Rasi menghampirinya. Mendirikan dengan perlahan satu persatu motor yang tidak memiliki body besar itu. Untuuuung-untung.

"Diem, jangan gerak. Mau lo ketiban lagi?" ujar Rasi memberi peringatan.

Cowok itu hanya diam tak memberikan respon apapun. Sakit ya mas?

"Ehh tunggu-tunggu!" ujar Cowok itu menghentikan kegiatan Rasi.

Rasi menatapnya jengah. 'Apa lagi sih?!'

"Emang lo bisa angkat motor?"

"Bisa kok..." jawab Rasi menggantung, "bisa nibanin ke lo maksudnya." lanjut Rasi sarkastis.

Sebenarnya Rasi tahu jika cowok itu tidak percaya bahwa dirinya bisa mengangkat motor yang tergeletak di atas sebagian tubuhnya.

'Ini sih bukan ngangkat, tapi ngediriin. Kalo ngangkat ya jelas gue gak bisa. Dikira gue Samson kali!'

Setelah mengangkat kedua motor itu. Rasi pamit undur diri. Acara tv kali Ras?

"Huhh! Udahkan? Gue ke kelas ya. Selamat menempuh masa pengobatan, kak!" pamit Rasi memutar badannya.

Hard Heart that Hurt (H2tH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang