Diketik hampir 4000 kata, hanya bagian ini aja yang lain enggak kok :)
FYI. Dari komentar sebelumnya, author mau bilang kalo story ini belum tau ya sad ending or happy ending...
Oh! ini Rasi udah putus asa banget, liat aja deh sendiri, mungkin bisa jadi clue:(
"Memang dari awal udah salah, aku harus nutup banyak mulut dengan cara yang aneh-aneh, aku rahasiain dari semua orang, sampai mati kalau bisa. Tapi kamu tau? ... musuhku mengetahui segalanya. Akhhh! Rasanya aku ingin menyerah dan mati setiap detik. Memang ya?! Dunia itu cukup melelahkan bagi beberapa orang, dan kejamnya, aku adalah salah satu dari beberapa itu."
Happy Reading!
--------------------------------------------------
"Kuncinya sudah ketemu, tapi mereka tidak tahu pintu mana yang bisa mereka buka."
~~~Hard Heart that Hurt~~~
Waktu istirahat tersisa 2 menit lagi, Askara dan Nata telah duduk bersebelahan di kursinya sambil membaca buku. Hal tersebut juga dilakukan Hara yang sedang duduk di belakang Nata.
Awalnya memang biasa saja, namun tiba-tiba mereka merasa ada aura keganjalan saat melihat ketiga sohibnya yang baru saja masuk ke dalam kelas.
"Mulai sekarang gue gak mau percaya seratus persen sama Rasi," ucap Tama tiba-tiba, lalu duduk di kursinya hingga membuat Askara, Hara, dan Nata menautkan alisnya. Namun mereka masih fokus pada bukunya masing-masing.
"Sama, sudah tinggi-tinggi malah dijatuhin, dia itu berdusta." susul Jae merasa dongkol dengan sifat seorang gadis yang seharusnya tak ia percayai.
Muel tersenyum getir. "Ternyata dari awal anak-anak Altair udah bener, kita aja yang terlalu baik sampe temenin dia." ujarnya sangat kecewa dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya beberapa hari yang lalu. Dipikirannya, gadis itu adalah orang yang baik, ternyata malah bergaul dengan kuncen Altair. Sangat mengecewakan!
Nata bangkit dari kursinya, lalu menghadap ke belakang. "Kenapa lo pada? Bukannya lo bertiga yang dari awal paling semangat mau jadi temennya Rasi?" tanya Nata—fakta, lalu melirik Askara yang masih acuh.
Tama berdecak. "Dia bilang gak ada yang mau temenan sama dia kecuali Saturnus, Mentari, sama Batari. Tapi gue liat dia malah akrab banget tuh sama kuncen Altair. Ihhh jijik gue!"
Jae mengangguk setuju. "Jinjja! Mereka itu kelihatan dekat sekali, sampai-sampai Sagitta merangkul Rasi!" ujar Jae menunjukkan wajah kekesalannya.
Askara terdiam, ia tidak sedikit pun merubah posisi duduknya.
"As! Udahlah, gak usah berhubungan sama dia lagi. Bahaya tau gak? Nanti malah lo yang dibuat kecewa sama dia, bahkan mungkin bukan cuma lo doang, tapi kita-kita juga," ujar Tama mengeluarkan buku paket dari laci meja—menandakan ia sudah siap untuk belajar.
Askara menutup bukunya, ia menghadap ke belakang. "Tadi lo bilang apa?" Atensinya diberikan kepada Jae, satu-satunya orang yang ia garis bawahi perkataannya.
Jae mengangkat kedua alisnya. "Museun mal-iya?? Yang mana?" (maksudnya)
"Terakhir."
"Ouh! Rasi dirangkul Sagitta di depan gedung olah raga tadi, memang terlihat mereka itu akrab sekali. Sepertinya mereka sudah berteman sejak lama."
Deg.
Seperti ada yang mengganjal dipikiran Askara. Bukan-bukan! Ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Ia berfikir sejenak, mengingat sesuatu yang berhubungan dengan kekecewaan teman-temannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard Heart that Hurt (H2tH)
Teen Fiction"LO TAU SAMPAH GAK? KALO GAK TAU, LIAT DIRI LO SENDIRI ... GIMANA? GAK ADA BEDANYA BUKAN?" -Askara Baskara Anantadewa. Siswa teladan dan paling disegani karena kepintarannya di Altair High School. Sekolah tersohor ke 2 setelah Atlantis High School...