Written by tapak_Kata
Terjebak di tempat yang asing memang membuat Nathan bingung. Ia kini melihat pohon-pohon besar dengan sebuah rumah di tiap dahan. Rumah itu tampak sederhana dengan bentuk kerucut di bagian atas.
"Yang mana rumahmu?" tanya Nathan, ia melirik Vion di samping kanan.
Nathan mengangguk saat Vion mengarahkan telunjuk pada dahan ketiga jika dihitung dari bawah. Laki-laki berambut hitam itu mengedarkan pandangan untuk mencari cara sampai di atas tanpa terluka. Namun, ia sama sekali tidak melihat tangga atau celah untuk naik.
Ia mengembuskan napas gusar, kemudian melirik Vion lagi. "Bagaimana caranya aku sampai di rumahmu?"
Vion mengulurkan kedua tangan, membuat Nathan terheran-heran. Sang peri berambut putih yang tidak mendapat respons lain, selain alis terangkat, akhirnya memeluk lelaki di hadapannya. Ia menduga tubuh dipelukannya akan tersentak kaget atau meronta, tapi ternyata salah. Nathan hanya diam, bahkan terkesan nyaman.
"Wangimu harum dan aku suka dipeluk sama kamu." Nathan berbisik tepat di telinga Vion. Hal tersebut membuat senyum Vion mengembang, peri berambut putih itu merasa beruntung karena yang bicara tadi tidak melihat ekspresi wajahnya.
Nathan membulatkan mata ketika sadar akan ucapan yang dirasa tidak pantas. "Eh, maksud aku adalah kamu baunya enggak kayak Theo dan aku suka dipeluk sama kamu karena bisa terbang. Jangan salah artikan omonganku. Lagi pula kita itu sesama jenis. Aku masih suka sama perempuan." Laki-laki itu menutup mata, menetralkan detak jantung yang menggila, entah itu karena perasaan salah tingkah atau perasaan malu karena mengucapkan hal tadi.
***
Keadaan istana masih dalam keadaan serius. Hadirin termasuk peri istana masih menyimak penjelasan tentang ramalan yang disebutkan oleh perwakilan dari klan tanah. Mereka mengarahkan fokus pada Gian.
"Ramalan yang tertulis di halaman 33 pada buku ramalan yang ditulis nenek moyang kami menyatakan bahwa negeri Rosehill Timur akan hancur. Akan ...."
Perkataan itu terhenti karena satu peri menyela ucapan itu. "Itu mustahil!"
"Peri cahaya, sebaiknya dengarkan dulu! Ini sebuah ramalan dari klan tanah. Apa kau tidak tahu bahwa ramalan itu pasti akan terjadi? Kau tidak boleh menyela seperti itu, apalagi kita tengah rapat saat ini." Peri dengan ciri khas biru bersuara dengan tenang.
"Tapi ...."
"Sudah! Sebaiknya, kita dengarkan dulu isi ramalannya." Sang ratu menyuarakan perintah, membuat peri cahaya mengembuskan napas gusar.
"Mohon maaf saya jika dirasa keterlaluan. Apa yang saya katakan itu benar-benar ramalan. Saya akan melanjutkan ramalan yang saya bacakan ini." Gian berkata sambil menunjukkan buku terbuka di hadapannya. "Akan ada seorang peri dengan darah murni yang memiliki kekuatan besar yang akan menyelamatkannya. Sang petinggi negerilah yang akan mengungkap identitasnya. Itulah yang tertulis di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood of Fairy [COMPLETE]
FantasyPerjalanan hidup Vion tak lepas dari kekecewaan. Peri itu dikenal tak memiliki kemampuan, tak memiliki orang tua, dan tak banyak orang yang mau berteman dengannya. Suatu hari, seorang laki-laki dengan fisik berbeda muncul. Vion merasakan rasa antusi...