30. Blood Of Fairy

58 8 0
                                    

Vion terdiam sejenak melihat peristiwa di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vion terdiam sejenak melihat peristiwa di hadapannya. Rasa takut mulai menyelimuti membuat ia ingin mundur. Namun, saat sudut matanya melihat sosok laki-laki berambut hitam, sebuah keberanian muncul. Tangan gadis itu memegang erat pedang yang akan menjadi senjatanya dalam perang ini. Dirinya tidak berniat menghabisi nyawa makhluk lain, tetapi sebagai bentuk penjagaan diri karena yang dikuasainya hanya menggunakan pedang.

"Akan kupastikan tidak ada yang terluka," batinnya.

Semua peri telah maju, peperangan pun terjadi. Para peri sibuk dengan kegiatan masing-masing. Asby menghadapi tiga demon, lalu Theo menghadapi dua demon, dan Artha menghadapi empat demon. Sedangkan dirinya, dikepung oleh banyak demon. Vion kewalahan. Semakin ia melawan malah semakin banyak demon yang mengepungnya.

"Tolong ingat satu hal, jangan sampai kalian membuat para peri terluka. Ingatlah kalau kita mengejar perdamaian bukan kepunahan," ujarnya pada para demon.

"Kau mau saja ditipu oleh temanmu itu. Kami tidak mengejar perdamaian, kami ingin kemenangan!" Salah satu demon menyahut diiringi tawa besarnya.

Vion marah, namun ia berusaha agar tidak melukai siapa pun. Tanpa basa-basi, ia maju menantang, membuat para demon tercengang sampai tawa mereka keluar.

"Kau menantang kami, gadis muda? Lihatlah dirimu, hanya seorang diri dan para peri bodohmu itu pun sibuk dengan demon yang lain. Kalau kau menyerang kami yang ada kaulah yang mati di sini." Demon dengan perawakan menyeramkan itu berbicara. Mimik wajahnya tampak menyebalkan.

"Aku tidak takut dengan siapa pun. Sebanyak apa pun pasukan yang kalian bawa, kemenangan itu tidak akan pernah ada," balas Vion tenang. Ia mengambil sikap siaga ketika para demon terlihat marah.

Ancang-ancang sudah ia persiapkan. Bahkan demon-demon itu pun sudah siap menyerangnya. Namun, semuanya terhenti tatkala seruan seseorang terdengar nyaring di telinganya.

"Kalian mundurlah, biarkan aku yang melawannya." Semakin sosok itu mendekat, semakin terlihat wujudnya. Nathan, laki-laki itu dengan gagah melangkah tegas. Membuka jalan di tengah lingkaran demon yang mengepung Vion.

"Ikuti perintahku. Bantu demon lain yang terlihat kewalahan melawan peri-peri bodoh itu, biarkan gadis ini aku yang urus," tutur Nathan, lagi.

Demon-demon yang tadi mengepung Vion perlahan mulai memencar membantu demon yang lain. Mereka menuruti perkataan Nathan karena Raja Danious menyuruh untuk tetap mengikuti permainan dari laki-laki itu. Alhasil, beginilah keadaannya.

"Kukira kau gadis lemah dan penakut, ternyata aku salah. Kau gadis pemberani dan kuat. Keputusan yang kau ambil sudah tepat, sekarang tinggal mewujudkannya saja." Nathan berbicara panjang. Sorot matanya tidak berbohong. Laki-laki itu tampak bangga dengan sosok Vion yang terlihat menawan.

Vion berdecih, bisa-bisanya disituasi seperti sekarang lelaki itu menggombal. "Jangan berbicara omong kosong. Fokuslah."

"Santailah sedikit, aku lihat semuanya tegang sekali," ucap laki-laki itu.

Blood of Fairy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang