15. Blood of Fairy

54 10 0
                                    

Nathan memijat betis yang terasa pegal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nathan memijat betis yang terasa pegal. Ia terduduk dengan napas terengah-engah. "Apa kita harus berjongkok lagi untuk melanjutkan perjalanan? Kita sudah berjalan terlalu lama! Betisku rasanya mau copot."

"Copot saja! Kita tidak bisa terus-terusan berhenti hanya karena kau ingin istirahat! Tiga hari itu waktu singkat, Nath!" Theo berteriak dengan nada ketus.

"Aku manusia biasa yang pasti—"

"Aku sekarang tahu bahwa manusia adalah sosok yang lemah!" sela Theo.

Remaja laki-laki itu berdecak, lalu mendengkus. Perasaan kesal membuatnya terpaksa menghentikan kegiatan memijat betisnya dan segera berjongkok kembali. Ia mengikuti ketiga sosok peri yang bergerak di sampingnya.

"Maaf, karena membuatmu kesusahan. Semoga dengan kembalinya mutiara itu, kau juga kembali ke duniamu." Bisikan itu membuat Nathan menoleh dan menemukan Vion yang terlihat merasa bersalah.

"Tidak perlu minta maaf, aku hanya merasa pegal dan bertanya. Tapi, peri jelek itu membesar-besaran masalahnya." Nathan dan Vion akhirnya terkikik pelan.

"Nathan, kau sangat unik!"

***


Raja Danious tersenyum miring mendengar laporan bahwa ada empat sosok yang masuk ke negerinya. "Hadang mereka dan bawa ke sini!"

"Dengan dia?" tanya Hilo.

"Tentu saja! Tidak boleh ada yang curiga kalau dia ada di pihak kita."

"Baiklah, aku akan membawa pasukan untuk menangkap mereka."

***


Theo berhenti bergerak sambil menyentuh tanah. "Apa mereka tidak bisa merawat tanah? Tanah ini begitu kering, pantas saja tidak ada tumbuhan yang subur. Peri Air, bagaimana kerjamu di sini?"

"Hah? Kerja apa?" Asby tampak gelagapan sambil mengerutkan dahi.

"Bukannya air bisa masuk ke sini? Kenapa tanahnya tidak subur?"

"Kita tidak ke sini untuk ocehan tidak bergunamu." Nathan mengulang kata-kata yang tadi diucapkan Theo padanya.

"Sialan, kau—"

Vion membekap mulut Theo. "Aku mendengar ada yang mendekat ke sini."

Suara itu memang tampak jelas terdengar akan mendekat. Hal tersebut membuat keempat sosok itu memasang perasaan siaga dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Mereka terdiam sambil menajamkan pendengaran.

Mata Vion membulat sempurna saat menunduk dan menemukan kaki hitam bersisik. Meski suasana dan pencahayaan remang, tapi itu tidak mengahalangi sosok peri itu membedakan warna. Ia terpejam, kemudian membukanya kembali. Akan tetapi, kaki itu masih ada di sana.

"Kau senang dengan kakiku, Anak Muda?"

Seketika itu juga keempat sosok yang berjongkok itu mendongak. Tubuh mereka mendadak lemas hingga membuatnya mundur dan terduduk di tanah. Mereka terkejut saat menemukan makhluk menyeramkan yang berdiri menjulang. Tampilan makhluk itu membuat nyali mereka ciut.

Blood of Fairy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang