~When The Party's Over~
Billie Eilish
.
.
.
'Setiap orang berpotensi menyakiti. Sekalipun itu orang terdekat mu.'
_______________Pagi harinya Auristela kembali bertemu dengan Sean saat ingin sarapan. Pria itu sudah selesai dengan makanannya dan sepertinya Sean ingin langsung pergi. Semakin lama sifat Sean semakin membuat Auristela merasa tidak enak. Pasalnya pria itu seperti terus menghindar dari percakapan. Terlebih percakapan dengan Auristela.
Tangan Auristela mengambil sebuah apel, lalu mengupasnya dengan pisau. Auristela merasa tidak diinginkan. Itu membuatnya tidak enak dengan Sean karena telah tinggal di mansion milik pria itu. Tapi mau bagaimana lagi? Auristela bingung. Haruskah ini diakhiri?
Apa ia kembali saja dengan hidupnya yang dulu? Terkekang dan terpaksa. Tidak bisa terbang bebas seperti kupu-kupu. Haruskan dia kembali menjadi burung di dalam sangkar? Yang hanya terbang di dalam sangkar yang sempit? Menunggu diberi makan. Terus berkicau. Tidak! Itu tidak akan terjadi lagi!
Jika memang tuhan mempertemukannya lagi dengan ayahnya, maka Auristela akan tetap menjadi dirinya sendiri. Tidak ingin terkekang lagi. Itu janjinya. Tapi apa mungkin ia menepati janjinya? Kadang mengucapkan sangatlah mudah. Tapi saat dijalankan, ucapan itu rasanya sangatlah berat.
Aurstela pasti mampu!
Apa sekarang saja ia kembali pada ayahnya? Bukankah banyak yang berkata, 'lebih cepat lebih baik?' Apa sekarang perkataan itu berlaku padanya?
Lama melamun, membuat Auristela tidak menyadari kalau pisau yang wanita itu gunakan untuk memotong apel, perlahan mengiris kulit lengannya. Sean yang sedang melintas langsung mengabil pisau yang sedang di pegang Auristela. Bercak darah terlihat jelas pada pisau itu. Langsung saja pisau tersebut Sean lempar entah kemana.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Suara keras Sean menyadarkan Auristela dari lamunannya. Auristela merasakan perih di bagian lengannya. Lebih tepatnya di bagian dekat ibu jarinya."Awh!" rintih Auristela. Kenapa baru terasa?
Panik, Sean langsung merobek kemeja putih yang dikenakan. Sean melilitkan sobekan kemejanya pada sisi telapak tangan Auristela. Darahnya cukup banyak. Lukanya memang lumayan dalam. Tapi rasa sakit itu hilang begitu saja saat mata biru Auristela melihat Sean khawatir padanya.
"Bodoh!" ucap Sean.
Eh? Bodoh?
"Kau lebih bodoh! Harusnya ini di perban," kesal Auristela.
Benar. Ucapan Auristela itu benar. Kenapa Sean malah merobek kemejanya? Seharusnya pria itu mengambil kotak p3k, lalu membalut luka yang ada di lengan Auristela dengan perban. Bodoh!
"Ya, kau benar. Aku akan menggantinya dengan perban. Tunggu di sini!" titah Sean tegas. Tidak boleh ada penolakan tiap kali Sean sudah memerintah.
"Tidak usah. Nanti akan aku obati sendiri. Lagi pula ini karena kebodohan aku sendiri. Tidak usah repot-repot," tolak Auristela sopan. Auristela tidak ingin merepotkan Sean lagi. Sudah cukup pria itu merobek kemeja. Tapi lucu juga saat melihat Sean panik.
Auristela tersenyum geli. Sean yang melihat Auristela tersenyum senyum sendiri langsung dibuat bingung. Wanita ini masih waras bukan? Tadi mengiris lengannya sendiri, lalu sekarang tersenyum? Mana ada orang yang habis terluka langsung tersenyum senang seperti tidak ada beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arco Iris | TAMAT
ActionTAMAT [ADA PART YANG ACAK!!!] Highest rank : #1 in dark 09-02-2021 #1 in mystry 01-01-2021 #1 in adventure 18-02-2021 #2 in war 05-08-2021 #3 in boss 13-02-2021 #3 in horor 01-01-2021 #3 in blood 11-02-2021 #3 in jerk 05-08-2020 #5 in billionaire 0...