Chapter 24 | Permohonan Maaf Dover

5.6K 288 19
                                    

~Human~

Christina Perri

.

.

.

'Jika aku gagal menjadi nomer satu untuk mu itu bukan salahku. Aku sudah berusaha bukan? Aku juga bisa terjatu dan berdarah. Aku bukan malaikat yang selalu sempurna. Aku hanya seorang manusia.'

_______________

Auristela termenung di dalam kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Auristela termenung di dalam kamarnya. Ia bingung ingin melakukan apa. Rasanya semua yang dilakukannya selama ini pasti selalu menjadi bencana. Sedari tadi Angela terus memangilnya—memaksa untuk masuk, namun Auristela tidak berniat menghampiri ibunya. Auristela ingin sendiri.

Namun tiba-tiba suara lembut Angela berubah menjadi suar berat milik Dover. Mau apa pria itu? Auristela tidak mengerti dengan ayahnya itu. Auristela sudah cukup lelah menghadapi ayahnya. Menghadapi sikap pria itu! Dan sekarang apa lagi?

"Bella...."

Auristela dengar. Nada suara pria itu terdengar parau. Seperti rasa bersalah sudah memenuhi suara ayahnya. Auristela tidak tega mendengarnya. Tapi nanti hatinya bisa terasa lebih menyakitkan jika ia bertemu dengan ayahnya. Ingatan kejadian tadi masih sangat teringat jelas di dalam pikirannya. Masih sangat pekat di dalam ingatannya.

"Maaf Bella."

Maaf? Rasanya Auristela muak dengan kata maaf. Maaf. Maaf. Dan maaf! Kenapa ayahnya enteng sekali mengucapkan kata itu. Setiap pria itu melukainya pasti kata maaf yang selalu diucapnya. Cukup kali ini. Auristela lelah.

Auristela heran. Kenapa kata maaf terasa enteng untuk banyak orang? Banyak orang yang mengatakan maaf, namun masih mengulangi kesalahan yang sama, dan nantinya akan meminta maaf kembali. Jika memang tidak berniat untuk berubah, maka tidak usah meminta maaf. Seakan akan kata maaf hanya omong kosong dan angin lalu.

Auristela lelah memaafkan kesalahan yang sama.

"Kau pasti bertanya tanya kenapa aku seperti ini, bukan?"

Benar. Bertahun tahun lamanya Auristela menanyakannya ini. Tapi Dover tidak pernah menjawabnya dengan tepat. Ayahnya selalu menghindar untuk mejelaskan secara rinci. Dover seperti tidak mau memberi tahunya lebih tentang semua ini.

"Bisa kau buka dulu pintunya?" pinta Dover.

Haruskah Auristela lakukan ini agar ayahnya memberikan jawaban atas pertanyaannya yang sudah lama tidak terjawab? Atau mungkin tidak usah? Bukankah omongan yang keluar dari mulut ayahnya itu adalah omong kososong? Apa sekarang Auristela harus percaya kembali?

"Bella...." panggil Dover purau. Bibir Dover melengkung, mengukir senyuman miris dibibir.

Auristela membuka pintu kamarnya. Ia tidak bisa menolak. Auristela ingin tau jawabannya. "Boleh aku masuk?" tanya Dover. Auristela hanya menganggukan kepalanya menyetujui. Auristela kembali menutup pintu kamarnya ketika Dover sudah masuk.

Arco Iris | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang