1. Bunda

28.6K 1.1K 29
                                    

Seorang pria bertubuh tinggi berjalan ke arah pintu berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pria bertubuh tinggi berjalan ke arah pintu berwarna putih. Didepan pintu terpasang papan sebuah nama 'JENA' sang pemilik kamar. Tangan kekar pria itu mulai mengetuk pintu putihnya.

"Dek, didalam?" Tidak sahutan. Pria itu mendengus sebal.

"Lu masih tidur ya Jen? Jenaaaaa!!"

"Apasihh kak Johnny!!! Buka aja gak dikunci" Sahutan dari dalam membuat Johnnya -pria itu- terkekeh pelan lalu membuka pintunya.

"Astagaa--" Johnny terkejut saat melihat Jena tidak tidur sendirian. Jena tampak memeluk seseorang sambil sesekali mencium puncak kepalanya.

"Dia tidur disini?" Jena bangun dengan pelan dan merubah duduknya perlahan agar tidak membangunkan sosok manis disampingnya.

"Heem"

"Bunda--" anak laki-laki kecil yang sedari tadi tertidur di sebelah Jena memagang tangan Jena saat merasakan pergerakan dari Jena.

"Apa sayang?"

"Sini aja"

"Iya bunda disini" Jena mengusap rambut anak kecil itu.

"Bapaknya mana Jen?" Tanya Johnny yang sedari tadi masih berdiri di ambang pintu.

"Gak tau" Jena membalas dengan malas. Johnny menggeleng lalu duduk di pinggir ranjang adeknya sambil menatap anak kecil itu yang kembali terlelap.

"Ribut lagi?" Johnny kembali bertanya.

"Iya, biasa"

"Terus lu disuruh bawa pulang Joan?" Jena menggeleng.

"Gak, gue yang ngambil dia dari Jeno."

"Kenapa?"

"Soalnya Jeno bego" Jawab Jena dengan entengnya. Johnny menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya ini.

"Biar gue ngadu ke Jeffri"

"Lah ngapain? Gak guna lu"

"Biar dia tuh ngurusin tuh ponakannya satu itu"

"Om Jeffri kan ngurusin Jeno terus. Jenonya aja yang emang gak mau diurus"

Johnny cuma diam sambil mengambil ponselnya lalu menelfon Jeffri.

"OM JOHNNY BERISIK TAU GAK? JOAN KAN MAU BOBOK!" Joan yang sedari tadi tidur tiba-tiba ngomel ke Johnny.

"Buset dah gak bapak gak anak sama-sama gak ada akhlak" Gumam Johnny sambil berjalan keluar kamar Jena.

"Woii Jep!"

"Anjir apa sih masih pagi kaga tau apa gue kalau pagi repot ngurus anak bini" Teriak Jeffri di seberang sana.

"Ini nih si Jeno, kelakuan ponakan lu ye, se enak---

Braakkss

Belum selesai Johnny berbicara, pintu rumahnya sudah dibuka dengan tidak sopannya.

"Wooii anjjeenn--"

"Seloww om, jangan kasar, ada anak gue" Jeno, lelaki tak berakhlak yang membuka pintu rumah orang dengan sangat sopan seperti tadi.

Brakss

Kini gantian Joan yang membuka pintu kamar Jena dengan bar-bar.

"Papa" Joan yang mendengar suara Jeno langsung berlari dari kamar Jena menuju Jeno.

"Heiii anak papa" Jeno langsung memeluk Joan.

"Joan, mandi dulu, kan mau sekolah"

Jena yang baru saja keluar dari kamarnya masih memakai baju tidur dan rambut yang terikat asal-asalan.

"Sana mandi dulu"

Jeno mencium pipi Joan sekilas lalu menurunkan putra kecilnya itu dari gendongannya. Joan berlari masuk ke kemar Jena. Jena tak menyapa Jeno, dia langsung ke dapur dan menuangkan susu.

"Sarapan gak?" Jeno menoleh ke Jena saat perempuan itu mengajaknya bicara.

"Ya jelas lah, biasanya juga gue kesini numpang sarapan" Jeno langsung duduk di meja makan, tepatnya di sebelah Johnny.

"Jen--"

"Hem?" Jeno dan Jena menyaut bersamaan saat Johnny memanggil nama 'Jen'

"JENO! BUKAN JENA!"

"YA LU NGOMONG YANG LENGKAP DONG KAK! UDAH TAU NAMA KITA SAMA SAMA JEN!" Jena langsung ngegas saat itu juga.

"Ngapa om?"

"Om om om pala lu om!"

"Lah kan lu temennya om Jeffri ya gue panggil om lah!" Jawab Jeno dengan santainya.

"Terus Joan manggil gue kakek gitu?"

"Iya harusnya gitu"

"Tuh kan sampe lupa gue mau ngomong apa tadi" Ujar Johnny.

"Gakpapa gue maklumin itu faktor umur" Jeno nepuk pelan bahu Johnny.

"Emang ya lu gak ada akhlak"

"Jen, nanti ada rapat" Jena meletakan nampan berisi empat susu ke atas meja lalu duduk di hadapan Jeno.

"Huh, Nana sengang gak nanti?" Jena menatap Jeno tajam.

"Awas aja kalau sampai kamu nyuruh Nana buat datang rapat gantiin kamu! Aku keluar dari pekerjaan aku!"
Jeno langsung melotot setelah Jena mengucapkan kalimat itu.

"Ih lu mah gitu Jen"

"Bisa gak sih lu pisahin masalah kantor sama masalah mantan istri lu itu?" Jena sudah benar-benar jenggah dengan kelakuan Jeno dan mantan istrinya, Siera namanya.

Jeno sekarang ini bekerja di perusahaan Jeffri, dia mengantikan posisi Johnny karena Johnny dipindah ke kantor Thiyo dan Jena bekerja perusahaan Jeffri juga, dia menjadi bawahan terpercayanya Jeno, kemanapun ada Jeno disana pasti ada Jena.

Dulu, Jena bekerja sebagai sekretaris sementara Jeffri yang membantu Johnny saat itu untuk mengantikan Rey. Melihat kerja Jena bagus Jeffri menariknya menjadi pegawainya, tapi bukan sebagai sekretarisnya melainkan menjadi karyawan dibagian program, tempat Jeno menjadi ketua. Jena sudah mengenal Jeno sejak lama karena mereka teman sejak SMA.

Jeno baru bercerai dengan istrinya sekitar 2 tahun yang lalu, tapi yang namanya Jeno definisi sempurna untuk manusia abstrak, dia sekarang masih mengejar-ngejar mantan istrinya buat rujuk padahal dulu dia yang ceraiin istrinya. Aneh? Iya banget.

Joan adalah putranya. Sebenarnya Joan ini dibawa oleh Siera, mantan istri Jeno, tapi terkadang Joan juga bersama Jeno dengan sedikit paksaan tentunya karena Siera jarang mengijinkan Joan bersama Jeno. Dan mereka sama sekali tidak meributkan hak asuh anak. Hanya saja Siera memang sedikit egois jika masalah mengasuh Joan.

Kenapa Joan memanggil Jena dengan panggilan Bunda? Ini karena memang sejak kecil Joan memanggilnya bunda. Jena berteman baik dengan Jeno dan Siera, awalnya Jena iseng supaya Joan memanggilnya bunda bukan tante tapi ternyata itu terbawa hingga sekarang Joan hampir menginjak usia 7 tahun.

---o0o---

To be continue...

---o0o---

Ini percobaan segini dulu ya hehe

Kalian bingung gak namanya Jeno sama Jena? Kalau bingung ganti nama nih.






16 Juni 2020
Jjebyun

PAPA JEN ❌ JENO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang