Chapter 011

1.8K 249 88
                                    

Yeonjun's POV

Bel istirahat berbunyi bertepatan dengan selesainya briefing singkat anggota div acara dengan anggota panitia inti.

Aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi selama tadi briefing.

Ini semua karna si anak kaku itu.

Ah sialan. Kenapa aku tidak berhenti memikirkannya?

Aku terus bertanya-tanya mengapa dia semarah itu sampai tak menghiraukanku?

Sekali lagi ku putar video yang dikirim oleh Soobin. Entah kenapa tidak merasa video ini menyenangkan seperti saat pertama kali menontonnya.

Aku memperbesar dan fokus pada ekspresinya sangat memperkenalkan diri.

Aku tahu dia sangat kesal. Itu terlihat jelas dari wajahnya.

Rasa bersalah tiba-tiba menyelimutiku. Aku tidak suka perasaan ini.

Itu bukan salahku kan? Bukan aku yang menghukumnya dan membuat semua dikelas itu. Yeji yang melakukannya.

Kau yang memberinya nama itu?!!

Memang benar, tapi aku tidak menyangka akan dijadikan lelucon seperti ini.

Lalu apa tujuanmu memberikan nama seperti itu, huh?

Aku hanya ingin membuatnya jengkel setiap kali dia melihat papan namanya.

Kalau begitu selama, kau berhasil membuatnya sangat jengkel dan dipermalukan didepan kelasnya.

Kalimat yang muncul di kepalaku itu membuatku tak bisa lagi mencari pembelaan diri.

Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal.

'Aiisshh. Baiklah, aku menyerah. Ini semua salahku.' Gumamku.

Tapi apa yang bisa ku lakukan? Aku tidak bisa merubah nama itu karena melanggar peraturan. Apalagi akulah yang menyarankan aturan yang satu itu.

Lalu bagaimana sekarang? Apa aku harus minta maaf karena menyebabkan dia menjadi bahan ledekan teman-teman sekelasnya?

Tidak. Aku tidak bisa tiba-tiba meminta maaf karena itu. Dia bahkan tidak tahu jika aku mengetahui kejadian dia dihukum.

Lagipula siapa yang tahu dia marah padaku atau tidak. Mungkin saja dia hanya sedang terburu-buru sehingga tak sengaja mengabaikanku.

Tetapi saat aku mengingat lagi bagaimana dia berada tepat di hadapanku dan menatapku. Kemudian berlalu begitu saja dengan ekspresi datarnya. Aku sadar kemungkinan bahwa dia tak sengaja mengabaikanku adalah sangat tidak masuk akal.

Ck. Seandainya aku bisa menemuinya sebentar saja.

Sebenarnya saat kegiatan di lapangan tadi aku berkali-kali berusaha menghampiri barisan kelompoknya tetapi sialnya Junho yang sedang memimpin kelompok itu.

Dan saat di menyadari aku berada tak jauh darisana, dia terus saja mengawasiku dengan senyum penuh maksud. Itu membuatku merinding.

"Kebetulan sekali kau disini. Bantu aku."

Yohan datang dengan satu dus berukuran sedang yang dibawa dengan kedua tangannya.

"Apa itu?"

"Notes book." Jawabnya singkat.

Aku mengangguk, aku tahu persis untuk apa notes book sebanyak itu.

Ini adalah kegiatan yang paling menyenangkan yang ditunggu-tunggu oleh hampir semua senior.

WHY ARE YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang