Saat aku mulai menulis. Setiap kata terasa seperti sampah. Tidak berguna. Tapi aku terus menulis, paling tidak aku punya sesuatu untuk di hapus atau di benahi. Dari pada tidak sama sekali.
— #LY
_________________________
Aira lupa sarapan.
Bagaimana mungkin ia melupakan sarapan dan bekal makan siangnya? Pasti ini gara – gara menghapal nama ilmiah seratus tanaman untuk ulangan Biologi.
Aira menghembuskan napas lelah, mau bagaimana lagi? Bel istirahat masih dua jam alias setelah mapel Penjasorkes.
Apesnya lagi, hari ini Pak Ari akan mengambil nilai memasukan Bola Basket ke keranjang. Dengan semangat yang tersisa Aira berjalan ke lapangan basket.
Lapangan Basket tidak hanya berisi kelasnya. Pak Ari sengaja menggabung tiga kelas sekaligus. Kelas X IPA 1, XI IPA 1, dan XI IPS 1. Artinya Aira kepayahan olahraga Aira akan disaksikan tiga kelas.
"Selamat pagi anak – anak!"
"Pagi, Pak!"
"Seperti yang kalian tau, minggu lalu kita sudah mengerjakan ulangan Bab Bola Basket. Artinya sekarang saatnya pengambilan nilai praktek, maaf Pak Guru menggabung tiga kelas. Karna guru yang mengajar sedang berhalangan dan materi sama jadi sekalian Pak Guru gabung. Tidak masalah kan?"
"Tidak Pak!"
Tentu saja tidak masalah, anak IPA 1 dan IPS 1 kan good looking semua. Muka sama otak sama – sama good lookingnya.
Aira apes sekali selain digabung tiga kelas, di X IPA 1 Aira bisa melihat tatapan mengintimidasi Nada, di XI IPS 1 Aira melihat tatapan senang Langit dan tatapan tajam Leo.
Aira sebenarnya bingung dengan Leo. Pertama, sikap cowok itu sangat random. Saat pertama kali bertemu Leo sangat dingin dan cuek. Setelah sejam mengenal Leo sudah cair dan cenderung seperti Langit. Lalu sekarang dia terlihat dingin.
Kedua, Aira baru sadar Leo banyak fansnya dan Aira menghindari dekat dengan cowok famous.
"Baiklah absen 1 dari 3 kelas maju."
Aira mengamati tiga murid yang bergantian melempar bola ke ring. Terlihat mudah tapi Aira sangat payah.
"Absen 5 maju semuanya."
"Absen 5 dari XI IPA 1?"
"Ayriana Airish! Maju!"
Sheila menyikut lengan Aira agak keras sampai Aira mengaduh kesakitan. "Lo dipanggil bambank!"
"Ayriana tidak hadir?"
"E-eh, iya Pak. Ayriana hadir!" Aira langsung maju, berdiri dibelakang siswa kelas X absen 5.
Dari kejauhan Aira melihat tatapan Langit menyemangatinya, Sheila dan Melody pun melakukan hal yang sama. Didepan Langit, Leo menyunggingkan senyum tipis. Padahal Aira masih sebal sama tuh cowok.
Aira menatap langit, baru jam sembilan pagi tapi matahari sudah menyengat. Kini gilirannya memasukan bola, kenapa bolanya mendadak berat?
Dan, ring itu terlihat sangat jauh. Lalu kenapa langitnya berputar? Saat melempar bola Aira dapat merasakan tubuhnya limbung dan yang terakhir ia ingat Melody dan Sheila berlari khawatir ke arahnya.
Lalu semuanya gelap.
:::
Melody baru dari kantin membawa sepiring nasi dan segelas teh hangat. Sepertinya Aira tidak membawa bekal. Ia melangkahkan kakinya menuju UKS, dari luar ia mendengar Arjuna—kakak Aira—sedang memarahi adiknya dengan mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay True, Stay Different
Ficção AdolescenteMenurut Aira, ada lima tipe murid di sekolah. pertama, si jenius yang memanfaatkan otak kirinya. Kedua, si seniman yang memanfaatkan otak kanan. Ketiga, si calon atlet dengan fisiknya. Keempat si populer dengan teman segudang. Dan yang terakhir yang...