ーKecilku dulu aku sering bernyanyi pelangi - pelangi di langit yang biru. Kenapa semakin dewasa langit jadi berubah kelabu?
_______________________
"Hai!"
Aira tersenyum ramah pada Langit yang menyapanya di gerbang. Gadis itu baru saja turun dari mobil Papanya. "Halo Langit!"
Langit menyamakan langkahnya dengan Aira, cowok itu menggendong tas di salah satu pundaknya. "Gimana semalem?"
"Semalem apanya?"
"Gue keren kan ngerjainnya?"
Aira tertawa renyah. "Plat Jakarta."
Langit mengernyit. "Apa tuh?"
"B aja."
Langit tertawa sampai menampilkan deretan giginya. Sorot matanya yang teduh dan ramah membuat siapapun yang menatapnya merasa baper. "Jokes lo lumayan, Ra. Mau merguru ke gue gak nih? Lumayan buat ngereceh bareng."
Langkah mereka berhenti di lobi sekolah. Kelas mereka beda arah, kelas IPS dan IPA terletak di dua gedung yang berbeda. Aira menyempatkan diri tersenyum manis pada Langit.
"See you later Langit!"
"Nanti istirahat gue ke kelas lo!" Teriak Langit saat keduanya berjalan menuju lorong yang berbeda.
♬♬♬
"Aira di lab biologi."
"Oke makasih,"
Selepas mengucapkan terima kasih pada Melody, Langit berjalan menuju Lab Biologi yang terletak di gedung IPA lantai tiga sebelah Lab Fisika.
Dan benar ucapan Melody, Aira di Lab Biologi bersama Aidanーdoi Sheila sekaligus partner olimpiade Aira. Aira yang menyadari keberadaan Langit lantas bangkit meninggalkan Aidan yang sibuk dengan percobaan Sachz.
"Ra!"
Aira berdiri didepan Langit, tingginya hanya sehidung cowok itu. "Kenapa?"
"Kantin kuy?"
Aira berpikir sebentar, lalu melirik Aidan. "Emm... sorry. Gak bisa,"
Ekspresi Langit langsung sedih. "Ayolah Ra, Aidan juga gak masalah disitu." Langit melambai ke Aidan. "Ya, 'kan Dan!"
Aidan hanya mengangguk, dia tipikal cowok serius nan ambisius.
Aira mengangguk menyetujui ajakan Langit. "Ya udah, ayo!" Cewek itu menarik tangan Langit, jujur Aira sudah lapar karna menemani Aidan dari pagi.
■♡■
Sheila gabut. Cewek itu menarik Melody keliling sekolah untuk mencari objek foto. Sheila memang hobi foto, tiap jam istirahat dia selalu jadi fotografer dadakan. Bidikannya memang tidak sebagus fotografer profesional, namun sudah lebih baik dari pada Aira.
"Dy! Cepet!"
Sheila terus menyuruh Melody mempercepat langkahnya. Lantaran saat Melody lamban, objek Sheila sudah hilang. Digantikan oleh siluet sepasang manusia yang Sheila kenal.
Sheila melangkah mendekat orang itu tanpa membuat terkejut, perlahan ia menggerakan tangan menepuk pelan gadis itu.
"Ra?"
Aira, orang itu balik badan dan tersenyum canggung pada sahabatnya. "Shei! Kenapa? Mau makan bareng?" Ucapnya sambil melirik Aidan yang sibuk mengatur makanan di nampan.
Sheila berseru senang, meskipun dalam hati terasa sakit sedikit. "Ashiyapp, Ra! Ayo Dy kita pesen makan!"
Melody di samping mereka hanya berdiri bingung. "Lah? Kok gue ikutan?"
"Lama lo, Dy! Cepet!" Sheila tidak sabaran dan langsung menarik gadis itu tanpa menunggu persetujuan.
■♡■
Meja itu terasa canggung. Pertama, kehadiran Aidan membuat Sheila yang biasanya ngoceh langsung diam. Kedua, mereka berlima (iya tadi Langit muncul tiba - tiba dan memaksa bergabung). Ketiga, mereka berlima terlalu lapar sampai tidak menyadari kalau suasana sangat canggung.
"Hm," Aira berdeham, mencoba memulai percakapan. Aura disini terasa menyeramkan.
Langit tersenyum ke Aira, entah apa yang dipikirkan cowok itu. "Ra, ntar balik bareng gue ya?"
"Uhuk!" Melody tersedak, ada unsur cemburu melesat ke perutnya, macet di tenggorokan dan tersedaklah Melody.
Aira menggaruk rambutnya, rasa ragu menjalarinya. "Gimana ya? Gak bisa, gue mau pergi nanti."
Air muka Langit sedikit murung, membuat Aira tidak tega menolaknya.
"Aira ada keperluan sama gue."
"Uhuk!" Giliran Sheila yang tersedak. Ucapan Aidan sangat mengganggunya. Lebih tepatnya merusak moodnya.
Rasa bersalah makin menjalari Aira. Seharusnya ia tidak bertemu kedua cowok itu. "Gue ada bimbingan hari ini." Aira menatap kedua cowok itu. "Langit balik sama Melody aja, Aidan temenin Sheila pulang. Tadi mereka berdua nebeng gue."
Keputusan final Aira membuat kedua cowok itu menghela napas. Niat pdkt mereka terhempas begitu saja. Seharusnya siang ini Langit mengajak Aira nonton Aquaman. Seharusnya siang ini Aidan meminta Aira menemani ke toko buku.
Aira mengelap mulutnya. "Gue harus balik, ayo Dan." Aidan mengangguk dan mengekori gadis itu.
Sheila menatapnya pasrah, doi sama temen sendiri ya udah. Sheila meraih kameranya dan menarik Melody ke kelas. Langit hanya memandangi semua itu tidak mengerti. Cowok emang gak peka gaes.
:::
Leave support sign! (re: tap star and comment)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay True, Stay Different
Fiksi RemajaMenurut Aira, ada lima tipe murid di sekolah. pertama, si jenius yang memanfaatkan otak kirinya. Kedua, si seniman yang memanfaatkan otak kanan. Ketiga, si calon atlet dengan fisiknya. Keempat si populer dengan teman segudang. Dan yang terakhir yang...