11. Semua Sesal

3K 257 22
                                    

Akhir-akhir ini cuaca sedang tak bersahabat dengannya. Luna mendengus jengkel di depan gedung shine production. Setelah terbebas dari orang-orang bermuka dua itu, siapa lagi jika bukan Adara dan Ibra, semesta seolah sedang mempermainkannya. Bagaimana tidak, sekarang hujan mengguyur kota dan sekarang ia bahkan terjebak bersama kemacetan kota yang tak terelakan dengan orang yang paling tak diinginkannya. Ibra.

Mengingat kejadian tadi sungguh menjengkelkan. Ia merutuki kebodohannya karena tidak bisa mengontrol dirinya. Ia masih ingat ketika Pak Andreas mencemaskannya karena wajahnya yang mendadak pucat dan kontan saja seluruh perhatian tertuju padanya.

"Apa ada sesuatu yang membuatmu terkejut? Kamu seperti sedang melihat hantu. Bukan karena aku atau Ibra bukan?".

"Adara...

Ibra tak sempat melanjutkan kalimatnya saat Adara menyelanya.

"Tidak ada yang salah dengan ucapanku kan. Wajahnya tiba-tiba saja memucat dan itu terjadi saat kamu datang".

Dan mata sehitam jelaga itu menatap Luna.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan. Dan ini tidak ada hubungannya dengan kalian". Sangkal Luna.

"Pasti ada apa-apanya". Adara bersikeras.

"Apa kamu baik saja-saja?". Ibra bertanya padanya dan demi pertahanan dirinya Luna pasti menyangkalnya dan meyakinkan mereka bahwa ia baik-baik saja. Ia tak boleh terlihat lemah.

"Tentu. Aku baik-baik saja".

"Sepertinya kamu harus istirahat Luna". Pak Andreas menengahi menyadari aura menegangkan di antara mereka.

"Tidak perlu aku baik-baik saja. Pak Andreas tidak perlu khawatir".

"Jika begitu kamu tidak keberatan jika kita makan malam bersama? Benar begitu adara? Dan Ibra pasti tidak keberatan. Sekalian kita akan merayakan bergabungnya ibra kembali ke Shine Production".

"Kembali?".

"Ya...ib...

"Tidak. Aku baru bergabung dengan Shine Production". Ibra menyela Adara dan gadis bermulut pedas itu terdiam. Luna menatap mereka dan tertawa miris dalam hati. "Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu untuknya. Mereka seakan bekerja sama untuk mengusik hidupnya. Ibra seakan tidak ingin Adara mengatakan sesuatu yang bisa menggagalkan rencana ibra. Tapi sayangnya mengenai Ibra ia sudah tau dari Damian. Yang membuatnya terkejut hari ini adalah kemunculan Adara dan satu project film dengannya.

"Sudahlah. Kita terlalu lama berdiam diri di sini. Lebih baik kita makan malam. Adara kamu yang tentukan makan malam di mana?".

"Baik. Om".

🍃🍃🍃

"Kamu butuh sesuatu?".

"Tidak". Luna tetap memalingkan wajahnya ke samping. Tanpa mau menatap lawan bicaranya. Mereka baru selesai makan malam dan Lunadra terpaksa satu mobil dengan Ibra karena ban mobilnya tiba-tiba kempes di tengah jalan. Dan sialnya ia harus bertemu ibra di tengah jalan. Sementara tak bisa dimintai pertolongan pada orang lain karena sadar jalan yang ia lalui rawan terjadinya kriminalitas. Ia akhirnya menerima ajakan Ibra setelah beberapa orang bertampang seram mulai mendekat dan itu sepertinya preman yang datang. Kenapa hari ini ia begitu sial?

Tapi meski di setiap masalah yang ia lalui hari ini ada Ibra yang tiba-tiba datang tapi itu tak membuat Lunadra tenang tapi malah gelisah. Ia hanya berharap mobilnya ada yang cepat datang mengamankan karena lagi-lagi Ibra membantunya dengan menelpon kenalannya. Dan ia bersikeras tidak akan berterima kasih pada Ibra nanti. Ada amarah, luka dan perasaan tak terima yang masih melekat di hatinya.

LUNADRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang