16. Hai Sayang!

2.2K 178 20
                                    

Note : Sebenarnya momo baru mau post setelah 20 vote. Tapi karena takut hilang dari draft jadi momo post aja. Kasihan juga teman-teman yang nunggu. Buat next chap gak tau kapan post, sekarang lagi sibuk-sibuknya.

🍃🍃🍃

Pikirannya masih kalut, seakan ada benang kusut yang kini sulit terurai padanya. Sama halnya dengan rambutnya yang kini tengah ditata sedemikian rupa oleh penata riasnya.

Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri dan tak memperhatikan apa yang terjadi pada rambutnya. Karena sekarang yang terpenting adalah bagaimana cara membalas Ibra. Si manusia jahat itu, bisa-bisanya menuduhnya bahwa dirinyalah yang masuk ke apartemen pria itu.

Ia yakin Ibra uang menjebaknya tadi malam dan berakhir di kamarnya, dan perlu digaris bawahi di apartemen Ibra. Seorang Luna mana mungkin berjalan sendiri dalam tidur dan masuk begitu saja ke apartemen musuhnya.

Sesil yang bekerja sebagai make-up artist dan mengurusi keperluan Wardrobe-nya. Mengajaknya bicara tapi tidak digubrisnya.

"Sudah selesai".

Sesil menepuk pundak Luna. Luna tersadar dari lamunannya.

"Baiklah. Tinggalkan aku sendiri. Katakan pada yang lain aku akan istirahat di sini saja".

Sesil bergerak pergi. Di luar ia bertemu Dewita.

"Ada apa? Hari ini Luna kelihatan tidak fokus. Dewita, aku tau masalah Luna yang hampir digantikan dengan artis lain. Tapi kalau dia gak bisa berkonsentrasi gini, bagaimana jika kru lain tidak bisa diajak bekerja sama? Para kru merasa sudah muak sepertinya dengan sikap Luna yang seenaknya menunda syuting. Image Luna semakin buruk sekarang. Tapi aku akui dia sebenarnya baik".

"Jadi sekarang kamu di pihak siapa?".

"Eh... jangan salah paham. Aku tetap di pihak Luna kok. Kalau sama dia kantong gue terjamin. Gak pelit soalnya".

"Jangan aduin omonganku ke Luna ya. Aku gak mau dipecat".

"Tergantung. Kalau masih mau kerja jangan sembarangan gosip di belakang orangnya".

"Cuma nanya doang aja kok. Ini aja gak sengaja denger dan lihat sikap kru yang kayaknya ogah kerja bareng Luna. Tolong jangan laporin ke Luna. Cepet sembuh juga ya Wit".

Memang kakinya sudah tidak terlalu sakit lagi. Dan jalannya juga sudah normal tidak terpincang-pincang lagi.

Sesil menutup bibirnya rapat ia pergi dari sana.

"Untung loh sil. Kita udah kenal lama kalau enggak elu gak selamat".

Dewita mengampuni Sesil karena ia tau Sesil tidak akan pernah berani menyebarkan gosip tidak benar. Tapi tetap saja Dewita akan tetap memperingatkan Sesil.

"Elu kenapa lagi?". Dewita memasuki ruang hias Luna yang di khususkan untuknya.

"Gue mau istirahat". Luna tetap memejamkan mata.

"Pagi tadi elu kemana?".

Seperti disentak Luna kontan bangun dari duduknya dan kelakuan anehnya mencurigakan bagi Dewita.

"Elu gak mungkin pergi tengah malem nginep di tempat chef Damian kan? Mustahil kalo elu pulang-pulang tadi pagi masih dengan gaun tidur yang sama dan sandal bulu itu. Gue tau elu selalu mikirin fashion kalau pergi kemana-mana. Lagian chef Damian baru ngantar elu pulang gak mungkinlah. Jangan bilang alasan kangen, belum juga 24 jam".

"Ya mungkin aja. Gue memang dari apartemennya Damian kok. Susah ngomong sama orang yang gak pernah pacaran. Gak ngerti dengan istilah kasmaran".

Luna pergi meninggalkan Dewita. Niatnya beristirahat sebentar selama jeda syuting batal begitu saja. Sepertinya dari pada berdebat dengan Dewita yang malah mengingatkannya dengan kejadian pagi tadi. Lebih baik ia menghadapi para kru lainnya yang sebagian besar sepertinya tidak menyukainya. Walaupun begitu rasanya itu lebihh baik daripada mengingat Ibra terus.

LUNADRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang