25. Ketakutan

1.4K 115 21
                                    

Note: Berhubung momo benar-benar gak bisa update tepat waktu. Momo minta maaf banyak-banyak sama pembaca semua. Ada satu kondisi pekerjaan yang tak bisa di abaikan. Jadi jadwal tayang akan disesuaikan dengan waktu yang pas saat momo luang dan itu gak tau kapan harinya. Bisa update di hari apa saja. Dan mungkin bisa ngepost nya pun seminggu sekali mungkin bisa dua minggu sekali atau lebih karang dari itu. Sorry banget ya... soalnya momo juga kecewa, ini gak seperti pas nulis "tentang kamu" atau "unconditionally love", karena momo cukup puas dengan perolehan vote waktu itu. Sekitar 60 vote udah seneng banget pas update chapter baru terus naik sampe ratusan vote per chapter. Gak kayak sekarang ngumpulin 20 vote itu kok susah banget. Momo jadi kehilangan motivasi buat lanjut. Maaf tapi mohon pengertiannya. Ini juga yang ngejelasin kenapa "tentang kita" belum di lanjut.

Terimakasih yang mendukung sampai sekarang. Dukungan kalian sangat berarti buat momo.

🍃🍃🍃

Ibra terbangun dari mimpi panjangnya. Ia mendapati dirinya berada di rumah sakit. Matanya menatap silau ke arah jendela kaca rumah sakit.

"Sudah bangun juga?".

Ibra menoleh menatap pria paruh baya yang baru membuka pintu.

"Keluargamu tidak tau. Aku menjengukmu karena kasihan melihat pria malang sepertimu sendirian di rumah sakit".

Ibra menatap kosong ke arah sutradara Bandira yang datang menjenguknya.

"Tidak perlu repot menjengukku".

"Kau juga sombong". Sutradara Bandira berdecak.

"Jangan buang waktumu dengan menghabiskan tenaga di sini".

"Kau belajar arogan dari wanita itu? Kalian hampir tak ada bedanya".

Ibra tercenung menatap langit-langit rumah sakit. Ia teringat Luna dan penasaran sejauh mana Luna tau. Apa yang dipikirkannya? Yang jelas Luna tampaknya terluka.

"Mundur dan fokus saja menjadi seperti yang ayahmu inginkan.  Itu untuk kebaikanmu".

"Tau apa kau tentang hidupku".

"Dasar anak ini. Kau harus punya sopan santun pada orang yang lebih tua".

"Jangan ganggu aku. Tinggalkan aku sendiri".

"Siapa juga yang mau mengurusmu. Aku hanya kebetulan lewat setelah memeriksa kondisiku dan mampir sebentar melihatmu".

Ibra menatap jenuh sutradara Bandira yang ternyata tidak pergi juga.

"Kenapa tidak pergi?".

"Dasar anak muda zaman sekarang. Karena aku hidup di generasi yang berbeda denganmu setidaknya aku ingin membalas budi. Terimakasih telah menyelamatkanku malam itu".

"Ya. Sekarang pergilah".

"Kau terbaring di rumah sakit sudah 36 jam. Lukamu cukup parah. Ku kira wanita itu akan menangis seharian tapi dia sepertinya dia tidak peduli padamu. Dia bisa syuting seperti biasa. Dia tidak terganggu melihatmu terbaring di sini. Kau menyedihkan". Sutradara Bandira terkekeh dengan pandangan mata mengejek ke arah Ibra.

Ibra mencemooh ucapan sutradara Bandira. Ibra ragu pria ini benar-benar tulus berterima kasih padanya.

"Jadi dia yang membawaku kemari?".

"Jika aku jadi kau, aku akan berhenti mengganggunya. Jika kau benar-benar ingin dia bahagia relakan dia dengan orang lain".

Sutradara bandira menatap Ibra penuh arti. Sejak Ibra ikut campur dengan pekerjaannya lalu menempeli wanita arogan itu. Sutradara Bandira tau ada pernah ada hubungan spesial di antara mereka.

LUNADRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang