22. Pria Gila

1.7K 111 16
                                    

PLAK!

Kamu pikir aku percaya padamu brengsek?".

Luna mendorong Ibra dan menamparnya hingga ada jarak di antara mereka. Hampir saja Luna diperdaya omongan Ibra.

"Kamu tidak mau mengakui Selena sebagai istrimu? Dulu kamu sering memimpikan Selena mengenakan gaun pengantin dan bersanding denganmu. Sekarang kamu tidak mengakuinya? Bullshit!".

Luna bangkit dan menunjuk-nunjuk Ibra dengan marah.

"Kamu tidak ingin perselingkuhanmu dengan Adara diketahui. Kamu melakukan cara ini untuk membungkamku?".

Ibra diam tak bergeming. Luna ternyata sangat marahnya. Awalnya ia tidak berniat melakukan skinship sejauh ini, tapi ia lepas kendali saat berhadapann dengan Luna, bayangan semalam memenuhi memorinya. Ia ingin mengulang seperti yang terjadi kemarin. Ibra mengusak rambutnya, sadar ia telah salah ambil langkah.

"Kamu salah paham. Salahku juga hanya diam saja selama ini".

Luna mengerutkan dahinya. Salah paham yang mana lagi Ibra maksud? Pasti Ibra yang mengada-ngada!

"Luna...

Ibra bangkit mendekatinya namun Luna bergerak mundur.

"Diam di situ!".

Ibra tak mengindahkan Luna dan tetap melangkah mendekatinya. Sementara Luna bergerak mundur, was-was dengan apa yang terjadi nanti karena mereka hanya berdua di kamar hotel ini. Jauh di lubuk hatinya ia takut terperdaya lagi.

"Aku bilang diam. Jangan coba-coba mengancamku, yang terjadi kemarin malam adalah kesalahan. Aku mabuk tapi kamu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Dasar mesum".

Luna menuding Ibra dan begitu tubuhnya mentok di dinding, terpojok. Luna tak mau terintimidasi ia melipat tangannya di perut. Menatap Ibra tajam tapi Ibra juga menatapnya. Di tatap seperti itu membuatnya merasa de ja vu, ini seperti semalam. Luna bahkan ingat dalam kondisi mabuk ia mengerlingkan matanya pada Ibra. Luna bergidik ngeri.

"Kamu mesum, jangan dekat-dekat".

"Kamu mengataiku mesum?" . Ibra menatapnya semakin tajam dengan alis tebalnya itu membuat Luna... grogi.
Fix... Luna menggigit bibirnya tanpa disadarinya ia menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Perang mata itu sepertinya dimenangkan Ibra.

Namun sepertinya Ibra malah syok dengan tindakan refleks Luna. Bukan ia yang menyerang LUNA duluan semalam tapi gadis ini. Tiap laki-laki jika di goda seperti itu juga pasti akan goyah. Bukan salahnya, ia malah melepaskan kesempatan itu semalam. Luna tidak tau bagaimana efeknya semalam. Ia terpaksa mandi air dingin selama sejam.

"Kamu pasti ingat semuanya yang terjadi kemarin malam. Kamu menyerangku duluan. Jika kamu tidak menyerangku aku juga tidak akan berharap lebih. Dasar pemberi harapan palsu". Ibra frustasi balik menyalahkan Luna.

"Apa? Pemberi harapan palsu?".

"Memangnya apa yang kau harapkan? Meniduriku. Aku menyerahkan diriku secara sukarela? Itu yang kamu mau?".

Luna kembali marah.

"Itu benar. Kamu menggodaku. Mau kutunjukan buktinya semalam?".

Ibra tak kalah kesal. Ia secepat kilat membuka kaus yang ia kenakan. Ada beberapa kissmark yang masih membekas di sana.

Luna terkesiap melihatnya. Luna gemetaran, tangannya yang ia silangkan di dadanya juga ikutan gemetaran. Ia seperti orang yang menggigil kedinginan.

"Siapa yang mesum? Kamulah yang mesum. Lihat ini apa yang kamu lakukan pada tubuhku".

Ibra frustasi harus berdebat setiap kali Luna selalu tak mempercayainya.

LUNADRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang