23. S.O.S

1.4K 122 17
                                    

Luna mencium bau tajam pengkhianatan di sini. Bukan dia yang menjadi korban tapi ialah tersangka pengkhianat itu. Garis bawahi itu dia.

Janjinya pada Damian!

Ternyata begini rasanya jadi pengkhianat, rasa bersalah kian menghantui dan justru karenanya ia ingin menenggelamkan sosok pria yang kini tertidur pulas di ranjang hotelnya ke samudra atlantik.

Kenapa ia bisa ketiduran tadi?

Luna bangun dengan wajah horor melihat Ibra yang tertidur di ampingnya dan yang tak kalah buruk Luna bisa tidur tanpa terganggu selama mereka tidur di ranjang yang sama! Padahal Luna memiliki masalah kesulitan tidur dan meminum obat tidur agar ia bisa tertidur itupun setelah bangun ia akan mengalami perasaan was-was dan gelisah. Luna mengasumsikan itu sebagai efek karena selama ini mengkonsumsi obat tidur.

Tapi yang ia rasakan ini berbeda. Tentu saja berdebar karena rasa was-was disertai kegelisahan berbeda untuk perasaan berdebar yang ia rasakan sekarang.

Tidak mungkin perasaannya yang dulu itu datang lagi. Luna berusaha kuat menyangkalnya.

Lalu apa yang harus ia lakukan pada Ibra yang tertidur telungkup dengan wajah yang menghadap ke arahnya. Astaga Luna frustasi memikirkannya.

Ia menggelengkan kepalanya.

Perasaannya pada Ibra sudah lama mati digantikan rasa benci. Bagaimanapun Ibra daan keluarganya yang membuatnya seperti ini.

Luna sekarang kamu fokus saja menyingkirkan Ibra dari sini!

Sepertinya sisi jahat di hatinya memenangkan pertarungan sengit denga hati nuraninya.

Ia akan mengabaikan fakta luka di punggung Ibra yang terpampang nyata di hadapannya. Luna meyakinkan dirinya menjadi jahat tidak seburuk itu, ini demi melindungi hatinya terhindar dari resiko tersakiti lagi.

"Baiklah. Kamu pikir dengan menunjukan lukamu aku akan kasihan? Tidak akan pernah walau tadi malam aku merasa kasihan. Tapi itu hanya sebentar, walau bagaimanapun aku manusia. Sepertinya lukamu memang infeksi tapi itu masih tidak sebanding dengan yang ku rasakan. Kamu pantasnya di kurung di sini lalu aku akan mengikat tangan dan kakimu. Aku akan membayar pembunuh bayaran atau Yakuza untuk memastiikan kamu tidak lagi menampakan hidungmu".

Luna tersenyum lebar matanya berbinar kesenangan tapi itu tak bertahan lama sebab ketika ia membayangkan Ibra yang terikat lalu dikurung kemudian tentang Yakuza yang akan....

Itu terlalu sadis untuk di bayangkan. Luna jadi teringat kisah nyata gadis jepang yang menolak cinta anggota Yakuza dan berakhir tragis. Luna pernah menonton film lama keluaran tahun 2004, concrete. Bagi Luna itu mengerikan.

Tiba-tiba saja Ibra menggeliat dalam tidurnya dan suara Ibra terdengar mengaduh. Sepertinya Ibra kesakitan karena Lukanya yang terinfeksi menyentuh sesuatu. Luna buru-buru turun dari ranjang tanpa suara dan menunduk. Setelah menunggu agak lama da ternyata tidak ada suara apapun lagi, Luna mengangkat kepalanya dan Ibra masih menutup matanya.

"Kenapa aku seperti ini?".

Luna memejamkan matanya dan menyelonjorkan kakinya di lantai dengan kepala bersandar di tepi ranjang.

"Sekarang aku membayangkan yang tidak-tidak!".
Luna bergumam pelan lagi-lagi ia seperti menonton kaset rusak ketika memejamkan mata ia malah membayangkan Ibra seperti adegan di film Dorian Gray. Wajah tampan Ben Barnes tergantikan dengan tubuh Ibra sekarang.

Luna menolak keras Ibra belum ada apa-apanya dengan Ben Barnes aktor favoritnya itu.

Luna lagi-lagi terpaku mengamati tubuh atas Ibra yang polos yang kini tidur menyamping tidak lagi telungkup. Ibra seperti anak kecil tengah meringkuk.

LUNADRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang