BAB 01 : Tragedi di Akhir Juni

3.1K 92 0
                                    

Suatu malam di akhir bulan Juni, seorang gadis muda tengah berlari sekencang mungkin melintasi lorong jalan yang sepi. Dia menghindari kejaran tiga pria berbadan kekar. Di antara ketiganya, ada yang mengenakan kaos hitam lengan panjang. Yang lain memakai jaket kulit berwarna gelap. Sedangkan pria terakhir menutupi wajahnya dengan sebuah topeng seram.

Tubuh penuh keringat gadis itu hanya dibalut selembar gaun tidur berwarna putih. Rambut panjangnya terurai, berantakan ke sana ke mari selaras larinya yang tak kunjung berhenti. Sepasang telapak kakinya yang tanpa alas pun sudah terluka dan berdarah akibat tergores kerasnya aspal lorong jalan.

"Itu dia! Cepat tangkap!" seru salah seorang pria yang sedang mengejar.

Usai pekikan perintah itu, dua orang pria lainnya segera memotong jalan dari lorong yang berbeda agar dapat menghalau lari si gadis muda. Tak berselang lama, sebuah gerakan tangan dengan cepat menangkap perut gadis muda itu.

Sap!

"Yeah, kena kau!"

"Ahhh! Tolong! Siapapun tolong aku! Kumohon lepaskan aku! Tolong! Tolong!"

Gadis muda itu berteriak histeris sambil meronta. Berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cengkeraman yang membelenggu perutnya. Sementara dua pria yang lain yang ikut mengejar akhirnya tiba.

"Cepat ikat dia!" titah pria yang memakai topeng seram di wajahnya.

Lekas dua pria yang lain menarik kedua tangan si gadis muda ke belakang, menyatukan pergelangannya tepat di belakang pinggang. Lalu mengikatnya dengan kencang menggunakan tali yang berserat cukup tebal.

"Tolong! Tolong!" teriak gadis muda itu lagi.  Dia sangat ketakutan. Namun, tengah malam yang sunyi membuat teriakannya tidak mendapat sahutan apalagi pertolongan dari siapapun.

Di sisi lain, pria yang mengenakan jaket kulit mengambil selembar kain yang cukup panjang dari dalam saku jaketnya. Kemudian menutup mulut gadis itu dengan kain tadi agar tidak lagi bersuara.

"Mmpphh ... mmpphh!" Gumaman yang tercekat mengiringi derai air mata yang mengalir.

Si gadis yang telah berhasil ditangkap, digendong oleh pria yang memakai topeng seram di atas pundaknya. Lalu, dia dicampakkan ke dalam kabin belakang mobil hingga kepalanya sakit karena membentur bangku cukup keras. Segera, mobil itu melaju pergi ke sebuah vila di kaki bukit Prospect Mountain.

**

"Ayo, cepat jalan!" suruh seorang pria seraya mendorong gadis muda yang berjalan tertatih-tatih di depannya.

Gadis itu menoleh dengan takut. Sesekali sesenggukan dan tubuhnya ikut gemetar. Ditahannya rasa sakit yang mendera kakinya saat melangkah di lantai vila yang dingin. Begitupun, penderitaannya saat ini masih belum sebanding dengan firasat buruk yang memenuhi isi kepalanya.

Aku takut sekali, hiks! rintihnya dalam hati. Matanya berembun dan alisnya mengerut hampir bertaut selagi memandangi ujung koridor yang temaram, dalam benaknya muncul bayangan sesuatu yang jahat telah menunggunya di sana.

Di perhentian terakhir, mereka belok ke kanan. Ternyata itu adalah sebuah ruangan yang sebagian dindingnya didesain sebagai rak buku. Cahaya di sana redup. Kendati demikian, masih tampak buku-buku tersusun rapi dan seseorang sedang membelakangi kedatangan mereka.

Buk!

"Akh!"

Si gadis muda dilempar kembali dengan kasar ke sebuah sofa panjang yang berada di tengah ruangan. Tubuhnya meringkuk dengan kaki tertekuk. Dia menangis tiada henti dan tanpa suara sebab mulutnya masih tertutup selembar kain. Hanya isakan putus asa yang samar terdengar dalam keheningan.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang