BAB 25 : Selingkuhlah Denganku Kakak Ipar

901 44 1
                                    

Hujan masih langgeng dengan curahnya yang tinggi. Suara gemuruh sering terdengar dan petir sesekali menggelegar.

Pandangan mata Azzalea memutar. Kedua tangannya memegang erat tepi selimut yang membungkus tubuhnya hingga ke leher. Ia masih merasa tak tenang walau tadi mengatakan yakin pada Raegan untuk tidur seranjang bersamanya. Nafasnya cepat dan gugup. Namun, nampaknya bukan hanya Azzalea saja yang merasakan hal demikian. Raegan juga belum bisa memejamkan matanya. Sesekali mata hitamnya melirik Azzalea yang terbaring di sebelahnya.

"Kakak ipar." Suara Raegan memecah kebisuan di antara mereka.

Azzalea menoleh seraya menjawab, "Ya tuan."

Raegan pun menoleh, mereka bersitatap muka sekarang.

"Kamu bisa tidur?" tanya Raegan yang dapat membaca situasi canggung di antara mereka.

"Aku akan berusaha tidur tuan," sahut Azzalea dengan nada bicaranya yang lembut.

Raegan mengangguk singkat.

"Aku juga akan tidur. Selamat malam kakak ipar." Raegan membalikkan posisi badannya jadi membelakangi Azzalea.

Beberapa saat Azzalea masih terjaga, tetapi kemudian mulai bisa memejamkan matanya setelah yakin Raegan sudah tertidur pulas sebab tidak berganti posisi sedari tadi.

Pagi menjelang...

Kicauan burung ramai terdengar di ranting pohon maple. Daun - daunnya yang semula hijau lambat laun berubah kuning dan merah sebelum akhirnya berubah cokelat dan berguguran ke tanah. Sinar hangat matahari pagi memandikan semua yang lembab dan basah karena hujan deras tadi malam. Selamat datang musim gugur di awal September.

Cahaya matahari membias di kaca - kaca jendela sebuah kamar. Kamar itu adalah kamar milik tuan muda Maxwell Group. Sang tuan muda sendiri telah terbangun dari tidur lelapnya. Tubuh telentangnya yang tertutup selimut menggeliat. Matanya mengerjap beberapa kali dan akhirnya benar - benar terbuka. Ia menoleh ke kanan, segaris senyum terukir di paras polos sang tuan muda ketika menemukan Azzalea masih tertidur di sebelahnya.

Ternyata dia masih di sini dan tidak pergi. Ujar Raegan dengan suara pelan. Takut gadis itu terbangun.

Raegan memiringkan posisinya, menghadap Azzalea. Memperhatikan lekat - lekat wajah damai gadis itu. Sorot matanya mengintai kedua alis Azzalea yang terbaris rapi. Melihat bulu matanya yang lentik nan panjang. Pandangannya lalu merambat ke sebuah hidung mancung di atas bibir yang merona. Raegan sungguh menikmati pemandangan gadis muda di depan matanya saat ini. Sedangkan gadis muda itu sendiri masih berada di dalam alam bawah sadarnya. Belum terbangun dari tidur. Ia tidak tahu sudah berapa lama Raegan mengeksplor wajahnya.

Beberapa saat kemudian Azzalea terbangun. Ia menggeliat sejenak lalu mengucek matanya beberapa kali.

"Gadis pemalas," celoteh Raegan yang bersandar di headboard tempat tidur, sedang memperhatikan Azzalea.

Azzalea terperanjat mendengar gerutu Raegan. Ia menoleh ke samping, lantas mendapati sorot mata Raegan yang sinis padanya.

"Tuan muda, tuan sudah bangun?" tanya Azzalea sembari bangkit dan duduk di atas ranjang.

"Bagaimana bisa seorang pria bangun lebih dulu dari seorang wanita?" cibir Raegan.

"Maaf tuan, lain kali aku bangun lebih pagi," sahut Azzalea memelas.

"Bersiaplah, selesai sarapan kita harus kembali ke New York. Aku masih harus bekerja hari ini," tegas Raegan.

"Eum, ya tuan.." Azzalea menggangguk lemah beberapa kali.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang