BAB 12 : Secontong Es Krim

545 45 5
                                    

Nyonya Moon sedang melingkarkan seuntai kalung mutiara di lehernya. Hari ini tepatnya pukul 6.00 sore, dia akan bertemu dengan adik perempuannya, nyonya So Ri dan beberapa teman sosialita mereka yang lain di restoran Fine Dining milik keluarga nyonya So Ri.

Istri tuan Robinson yang telah bersiap diri sejak satu jam yang lalu nampak anggun mengenakan gaun biru tua yang dilapisi blazer putih. Di sisi kiri bagian atas blazernya menempel sebuah bros bunga yang menawan. Sepasang sepatu kitten heels warna biru tua ikut mengontraskan penampilannya. Nyonya Moon berputar beberapa kali di depan cermin. Ingin melihat penampilannya dari depan dan belakang. Dari sisi kiri dan sisi kanan. Setelahnya ia pun menyunggingkan senyuman.

Tok.. Tok.. Tok..
Pintu kamar nyonya Moon diketuk seorang pelayan.

"Masuk," kata nyonya Moon.

Azzalea bersama seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamar. Mereka berdua berdiri di dekat nyonya Moon.

"Saya pamit nyonya," kata pelayan yang tadi bersama Azzalea.

Nyonya Moon tidak menjawab, ia hanya mengibaskan tangannya sekali. Lantas pelayan tersebut pergi. Azzalea melihati kepergian pelayan tadi lalu menoleh pada nyonya Moon. Tinggal mereka berdua saja yang ada di dalam kamar.

"Nyonya mencari saya?" tanya Azzalea.

Nyonya Moon masih diam. Sorot matanya mengitari penampilan Azzalea. Gadis muda itu memakai kaos putih polos yang dimasukkan ke dalam rok bunga - bunga sore ini. Wajahnya nampak segar setelah habis mandi.

"Aku akan pergi bertemu teman - temanku di restoran Fine Dining sore ini. Kamu ikut denganku untuk membawakan tasku." Perintah nyonya Moon. Matanya mengarah pada sebuah tas jinjing mewah berwarna hitam yang terletak di atas ranjang kamar tidurnya.

Azzalea menoleh tas tersebut.

"Baiklah nyonya, saya akan membawakan tas nyonya," sahut Azzalea.

"Apa kamu mau mempermalukan aku dan keluargaku?" Tatapan nyonya Moon tajam.

"Ma, maaf. Aku tidak mengerti nyonya?" Azzalea terbata dan bingung.

"Dengan penampilanmu yang kampungan seperti ini, apa kamu mau orang - orang mencibir keluarga kami? Mereka akan mengatakan menantu di rumah ini berpakaian selayaknya pelayan. Mereka akan berpikir kami tidak membelikan baju untuk menantu. Apa kamu mau orang - orang berpikir seperti itu!" Bentak nyonya Moon.

Azzalea mengerutkan alis. Mengatupkan kedua belah tangannya.

"Maafkan saya nyonya, saya sungguh tidak bermaksud seperti itu. Tolong maafkan saya." Azzalea memelas.

"Ganti bajumu sekarang dan jangan kepang rambutmu. Gaya rambutmu yang seperti itu membuat identitasmu  yang dulu seorang pekerja pencuci piring restoran semakin jelas." Nyonya Moon melihat rambut Azzalea.

Azzalea menunduk sembari menjawab.

"Baiklah nyonya, saya akan berganti pakaian dan membuka kepang rambut saya."

Azzalea keluar kamar nyonya Moon. Kembali ke kamarnya yang sebenarnya diperuntukkan untuk pelayan di rumah itu. Ia berganti pakaian dengan gaun yang pantas dan membuka kepang rambutnya. Lalu menyisir rapi rambut coklat panjangnya yang terurai. Sehabis itu, ia kembali lagi ke kamar nyonya Moon. Menenteng tas nyonya Moon dan berjalan di belakang mengikuti ibu mertuanya. Mereka pun pergi ke restoran Fine Dining.

Di restoran Fine Dining...

Nyonya Moon dan Azzalea berjalan menuju sebuah restoran Fine Dining. Adik dan teman - teman nyonya Moon sudah menunggu di ruang VIP restoran tersebut.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang