BAB 04 : Berita Terkini

852 49 0
                                    

Dua hari telah berlalu sejak berakhirnya acara gala dinner di hotel Maxwell. Azzalea masih bekerja sebagai pencuci piring di restoran Seafood Fisherman. Dia juga masih menutupi rapat-rapat kejadian mengerikan yang dialaminya malam itu.

Sampai kejadian tersebut mencuat dengan sendirinya ke permukaan media dan publik. Merayapi telinga masyarakat awam dan menjadi bahan berita yang paling diburu oleh khalayak ramai. Berbagai gunjingan serta celaan pun dialamatkan kepada Tuan Muda Ellen Sanders.

Bagaimana tidak?

Foto Azzalea sedang tidur dengan sang pewaris tahta kerajaan bisnis Sanders Group itu di salah satu kamar hotel Maxwell beredar luas di internet. Dalam hitungan detik foto-foto itu menyebar dengan cepat dan sudah dibagikan beribu-ribu kali di media sosial. Diikuti berita-berita miring seputar gaya hidup sang CEO.

Bahkan, beberapa lembaga sosial wanita dari sejumlah elemen masyarakat turut melakukan unjuk rasa di depan gedung perusahaan Sanders Group untuk mengecam tindakan Ellen Sanders.

"Ironi sekali! Seorang pemilik perusahaan perlengkapan kebutuhan wanita yang selalu mengedepankan pelayanan terbaik untuk wanita bersikap seperti ini?" ketus salah seorang pendemo saat ditanyai oleh wartawan.

"Padahal moto perusahaannya adalah menjunjung nilai wanita dan optimis memberikan kenyamanan yang terbaik untuk wanita. Tetapi pemilik perusahaan itu sendiri telah melecehkan seorang gadis dan tidak mau mengakui kesalahannya!" protes pendemo yang lain.

"Ya! Ya, benar!"

"Kabarnya gadis itu diancam untuk tidak membeberkan kejadian buruk yang menimpanya. Dia dipaksa bungkam demi menjaga nama baik pimpinan perusahaan Sanders Group. Hidupnya sekarang sangat memprihatinkan. Ketakutan akibat ancaman serta depresi berat."

"Pemilik perusahaan Sanders Group tidak mau mengakui dan bertanggung jawab hanya karena gadis itu seorang pencuci piring sebuah restoran. Benar-benar diskriminasi profesi!" Terdengar kecaman dari belakang.

"Jadi apa tuntutan dari para pengunjuk rasa?" tanya wartawan kemudian.

"Kami sebagai sesama wanita prihatin pada nasib gadis itu dan menuntut pertanggungjawaban pemilik perusahaan. Kalau tidak, kami akan mengajak masyarakat luas untuk memboikot semua produk perusahaan Sanders Group," jawab salah seorang pendemo.

"Ya, benar! Benar! Wanita dan pria punya hak yang sama di negara ini! Tidak ada diskriminasi profesi!" sambung yang lain.

Di dalam ruang kerjanya, Ellen yang telah melihat berita tersebut di internet menjadi emosi tingkat dewa. Apalagi, dia juga tahu kalau para pendemo sedang berunjuk rasa di depan gedung perusahaannya. Dia pun memarahi Deniz–asisten pribadinya.

"Apa kau sudah menemukan siapa pelayan yang memberiku obat tidur di hotel Maxwell? Kenapa kerjamu lamban sekali, hah!" Intonasi Ellen tinggi. Raut wajahnya merah seperti kepiting yang baru saja direbus.

Deniz yang menjadi objek pelototan dan amukan atasannya menunduk seraya menyampaikan permohonan maaf. "Maafkan saya, Tuan Muda. Saya baru menemukan orang itu."

"Di mana Si Berengsek itu sekarang?"

"Saya menyembunyikannya di ruang bawah tanah rumah selir Anda, Tuan Muda," jawab Deniz dengan kepala yang masih menunduk.

"Huh! Aku tidak tahan lagi. Ayo, sekarang kita pergi ke sana! Aku ingin melihat Si Berengsek itu meminta kematiannya."

"Baik, Tuan Muda."

Ellen bangkit dari kursi CEO, berjalan terburu-buru lalu Deniz menyusul di belakangnya. Kedua pria itu keluar gedung perusahaan Sanders Group bersama-sama melalui pintu belakang untuk menghindari serbuan pengunjuk rasa serta bidikan kamera wartawan. Deniz pun melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah selir atas permintaan Ellen.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang