BAB 06 : Ancaman Pembunuhan

593 34 0
                                    

Seorang pria berkacamata baru saja keluar dari rumahnya sambil mengemudikan sebuah mobil. Tiba-tiba dia dihadang oleh sebuah mobil van hitam saat melewati jalan sunyi yang jarang dilalui orang. Mobil van hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi dan berhasil memotong jalur mobil pria berkacamata. Sekonyong-konyong terdengar suara nyaring di sekitar.

Ciittttt....

Untung saja tidak terjadi tabrakan maut lantaran si pria berkacamata masih sempat menginjak rem. "Shit!" makinya kesal lalu turun.

"Hei! Apa kau sudah gila? Jangan naik mobil kalau tidak tahu cara mengemudikannya!" umpatnya lagi.

Pria berkacamata itu terus mengawasi mobil van hitam dari samping mobilnya. Lantas dari sana, keluarlah empat orang pria bertubuh kekar. Keempatnya berpakaian serba hitam dan memakai topeng untuk menyembunyikan identitas mereka.

Si pria berkacamata melongo ketika keempat pria itu mendekatinya. Tanpa bisa bertindak apa-apa, dia diangkut lalu diseret paksa masuk ke dalam mobil van hitam oleh keempat orang bertopeng tadi.

"Hei! Lepaskan aku! Mau apa kalian dan siapa kalian!" Pria berkacamata berontak, tetapi gagal melepaskan diri.

"Jangan banyak bicara! Ikuti saja perintah kami!"

Bukk!

Salah satu dari keempat pria bertopeng memukul kepala bagian belakang pria berkacamata, membuat pandangannya menjadi nanar. Mobil van hitam itu kemudian melaju pergi usai berhasil membawa pria berkacamata bersama mereka.

Usut punya usut, pria berkacamata itu ternyata seorang wartawan yang bertanggung jawab atas pemberitaan skandal yang menjerat Ellen Sanders dengan si gadis pencuci piring. Dia pun dibawa ke ruang bawah tanah rumah selir milik Ellen oleh keempat pria bertopeng yang menculiknya.

Deniz–kaki tangan Ellen segera memberitahu atasannya kalau satu target mereka telah berhasil ditangkap. "Halo, Tuan Muda, segeralah datang ke rumah selir. Wartawan yang kita buru sudah ditemukan."

"Kerja bagus, Deniz! Baiklah, aku akan segera ke sana."

Tut! Tut! Tut!

Merasa senang, Ellen bergegas menutup panggilan telepon lalu pergi menuju rumah selir.

Tak berselang lama, pewaris tahta kerajaan bisnis Sanders Group itu tiba. Ellen berdiri tegak menyoroti tawanannya sedangkan dihadapannya tampak si pria berkacamata tengah berlutut di lantai ruang bawah tanah.

Kedua pergelangan tangan pria berkacamata itu terikat tali dan dibekuk di belakang pinggang. Raut wajahnya nampak pucat. Namun, dia masih berusaha ingin melindungi diri. Menatap Ellen dengan sorot menantang hendak membuktikan kalau dia tidak takut. "Kalau terjadi sesuatu padaku, aku akan memberitakan hal ini ke media massa!" ancamnya.

Tiba-tiba sebuah tamparan keras Ellen mendarat.

Plak!

Sudut bibir pria berkacamata itu sontak mengeluarkan darah segar. Sebagian wajahnya ikut memerah akibat luka memar.

"Kau mau mengancamku? Rupanya kau benar-benar tidak tahu diri. Siapa dulu yang memulai perkara ini, hah!" bentak Ellen di depan muka tawanannya. Masih berang, dia pun lekas memberikan tamparan kedua sebanyak tiga kali.

Plak! Plak! Plak!

"Aaaakhh!" Pria berkacamata merintih kesakitan. Tamparan yang diberikan Ellen lebih kuat kali ini hingga membuat kepalanya miring dan tersungkur ke lantai.

"Sekali lagi kau berani menjadikanku sumber beritamu, bukan hanya kau tapi seluruh keluargamu juga akan merasakan kepedihan yang sama. Hajar dia!" perintah Ellen pada empat algojo sewaannya.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang