BAB 21 : Melarikan Diri

600 41 0
                                    

Masih di kawasan mall, Azzalea sedang duduk seorang diri di sebuah bangku. Tangan kanannya memegang pipi bekas tamparan pacar Ellen tadi. Pipi ranumnya memerah dan masih terasa sedikit perih. Pandangan matanya samar, pikirannya melanglang buana.

Kenapa aku ditampar? Padahal aku tidak berniat sama sekali mengganggu mereka. Aku bahkan tidak marah wanita itu pergi dan bergandengan mesra dengan tuan Ellen. Bagaimana bisa marah? Kalau pernikahan kami hanya sebuah kebohongan belaka untuk menutupi skandal yang beredar di publik. Kami juga tidak saling mencintai. Dan tuan Raegan, mungkin dia juga bosan melihat keberadaanku yang wara - wiri di rumahnya, makanya dia menyuruh tuan Ellen untuk menjemputku. Mungkin mereka berdua sama saja, setelah menyeretku ke dalam masalah ini lalu mereka membuangku begitu saja. Membuat hidupku jadi terombang - ambing. Tutur Azzalea dalam hati, sedih. Tanpa sadar binar matanya mulai berkaca - kaca.

Raegan yang tadi pergi sebentar datang dengan secontong es krim di tangan kanannya. Namun Azzalea yang sedang termangu meratapi duka nestapa tidak menyadari kehadiran Raegan. Sampai suara pria itu mengagetkannya.

"Ini," Raegan menyodorkan es krim pada Azzalea.

"Akh," desis Azzalea.

Azzalea sempat mengedikkan bahu karena tersentak, lalu menoleh es krim yang disodorkan Raegan padanya.

"Es krim?" Melihat dengan penuh tanda tanya.

"Ya ambillah," sahut Raegan.

Azzalea mengambil es krim itu tapi tidak langsung memakannya. Raegan pun duduk di samping Azzalea.

"Makan es krim itu sebelum cair," titah Raegan yang melihat Azzalea malah bengong.

"Kenapa tuan memberiku es krim?" Suara Azzalea lemah.

"Bukankah kamu menyukai es krim?"

Raegan mengingat malam dimana dia menemukan Azzalea sedang berdiri terpatri melihat es krim di papan lampu reklame. Ia membeli es krim berniat untuk menghibur gadis itu.

"Ya aku suka es krim. Seumur hidupku baru sekali aku memakannya ditambah hari ini, jadi sudah dua kali aku makan es krim," lirih Azzalea.

Raegan yang mendengar curahan hati Azzalea jadi syok, benar - benar tidak menyangka di dunia ini ada orang dewasa yang baru dua kali makan es krim sepanjang hidupnya.

"Hah! Aku benci cerita orang miskin. Ini cuma es krim tapi kamu tidak mampu membelinya. Kamu benar - benar seorang tunawisma," cibir Raegan seraya melihat Azzalea. Lalu memalingkan wajahnya dan menghela nafas dalam.

Azzalea yang sedang bermuram durja, bagai diberi perasan air jeruk nipis di lukanya. Perkataan Raegan membuatnya semakin sedih. Sambil menunduk ia bergumam dalam hati.

Ya, aku memang miskin. Aku tidak punya apapun dan orang tua juga tidak. Aku hanya punya nafas dan tenaga untuk menyambung hidupku esok hari.

Raegan yang melihat Azzalea tertunduk diam, mulai merasa bersalah. Ia tahu Azzalea kalut setelah mendengar ucapannya. Lantas Raegan berpikir untuk mengembalikan suasana hati gadis itu menjadi baik lagi.

"Cepat habiskan es krimmu. Setelah itu kita akan pergi ke bioskop."

Azzalea mengangkat kepalanya dan melihat Raegan.

"Kita mau ke bioskop?"

"Ya, ada bioskop di sekitar sini dan aku mau menonton film. Ada film bagus yang tayang malam ini."

Raegan sengaja berbohong agar Azzalea mau ikut pergi bersamanya ke bioskop. Padahal dia sama sekali tidak tahu daftar film yang tayang di bioskop hari ini.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang