BAB 10 : Siapakah Penyelamat Itu?

582 42 1
                                    

Azzalea, si gadis polos berjalan kaki seorang diri menyusuri kaki bukit Prospect Mountain. Butuh waktu kurang lebih satu setengah jam berkendara dengan mobil dari kota New York ke tempat ini. Dan sekarang ia hanya bisa mengandalkan kedua kakinya agar bisa tiba di kota sebelum waktu memasuki senja.

Sekarang pertengahan bulan Agustus, musim semi sudah berganti dengan musim panas. Teriknya matahari sudah mulai terasa mengitari di atas kepala. Perlahan - lahan rasa lemas mulai menggerogoti pertahanan tubuh Azzalea. Kakinya mulai didera lelah, tubuhnya pun lemah tak bertenaga. Ia kehausan dan kekurangan energi akibat berjalan jauh sedari tadi. Tak ada satupun kendaraan yang lewat agar bisa ia tumpangi, sedangkan halte bus terdekat masih sangat jauh. Hendak menelepon layanan darurat 911, ia juga tidak punya handphone. Akhirnya ia meringsut, terduduk di tanah pinggir jalan. Kedua kakinya tertekuk. Membenamkan wajahnya di lutut. Azzalea menangis sesegukan.

Sementara itu tuan muda Raegan yang juga menginap di mansionnya kemarin, baru saja berkendara menuju kota New York. Ia duduk anggun, menyilangkan kaki, menopang dagunya dengan tangan sembari menoleh ke jendela mobil. Mengedarkan pandangan ke arah hijau pepohonan. Raegan yang gemar melukis lebih menyukai ketenangan dan menikmati pemandangan alam.

"Bagaimana hari anda, tuan?" Tanya Luke yang mengemudikan setir seraya memperhatikan atasannya dari kaca spion depan mobil.

"Hhmm, aku baik. Semua rencanaku berjalan lancar. Ellen tidak pergi berbulan madu dan malah mengadakan pesta di mansionnya kemarin malam. Ia pasti tertekan dan sengaja menghibur diri." Senyum kecut mengembang di wajah tampan Raegan.

"Saya ikut senang jika anda merasa senang tuan," sahut Luke seraya melirik atasannya. Selanjutnya mereka saling diam.

Tak berselang lama, saat melintasi jalanan aspal kaki bukit Prospect Mountain. Pandangan mata Raegan mendapati seorang wanita muda terduduk di pinggir jalan. Kepala wanita itu menengadah, membuat Raegan dapat mengenali siapa sosok wanita muda tersebut.

"Apa kamu melihat ada seorang wanita yang sedang duduk di pinggir jalan, Luke?" Sesaat Raegan melihat Luke, lalu ia menoleh ke belakang. Ingin memastikan yang ia lihat adalah benar.

"Ya saya melihatnya tuan."

"Cepat mundur, kita masih belum jauh," perintah Raegan.

Jalanan yang sepi memudahkan mobil sedan mewah tuan muda Raegan bergerak mundur. Berhenti tepat di depan seorang wanita yang terduduk di tanah pinggir jalan, wanita itu adalah Azzalea. Azzalea masih diam saat melihat mobil itu berhenti, tak berani berkata sebab ia belum mengetahui penumpang yang ada di dalamnya.

Raegan membuka kaca jendela mobilnya. Melongokkan sedikit kepalanya. Melihat ke arah Azzalea. Azzalea yang sudah berhenti menangis juga melihat ke arah Raegan.

"Halo, masih ingat aku? Aku adalah sepupu Ellen," kata Raegan dari dalam mobilnya.

Azzalea menelan ludah, menggeleng sekali.

"Masuklah, aku akan mengantarmu ke rumah Ellen?" kata Raegan menawarkan bantuan.

Azzalea masih bergeming, dengan pandangan sayu menatap Raegan. Raegan menelengkan kepalanya.

Apa yang sudah Ellen lakukan padanya? Hingga dia sudah menjadi gila secepat ini. Gumam Raegan dalam hati.

"Masuklah kalau tidak ingin harimau memakanmu, ini masih di kaki bukit." Kata Raegan yang sontak saja membuat Azzalea bereaksi karena takut.

Azzalea bangkit. Berdiri menghampiri pintu samping mobil Raegan.

"Apa benar tuan adalah sepupu tuan Ellen?" tanya Azzalea ingin memastikan. Ia merasa trauma dengan kehadiran orang asing setelah mengalami kejadian penyekapan dan penculikan.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang