BAB 11 : Prasangka Ellen

563 41 2
                                    

Nyonya Moon berjalan ke teras rumah saat melihat mobil keponakannya berhenti di sana. Dengan langkah lambat Azzalea menuruni kakinya dari mobil Raegan. Ia tidak ingin berprasangka buruk, tapi tiba di rumah keluarga Ellen membuat perasaan cemas datang secara naluriah di dalam hatinya. Raegan juga ikut turun dan mengantar Azzalea sampai ke teras rumah.

"Raegan.." Sapa nyonya Moon seraya membentangkan kedua tangannya ketika putra mahkota Maxwell Group itu hampir mencapai ambang pintu.

"Halo bibi, bagaimana kabarmu?" Sahut Raegan sembari menyambut pelukan hangatnya bibinya.

Sekilas infomasi tentang Nyonya Moon. Nyonya Moon adalah kakak kandung dari ibunda Raegan. Nyonya Moon bernama lengkap Moon So Hee sedangkan adik perempuannya bernama lengkap Moon So Ri. [ Untuk ke depannya kita akan memanggil ibunda Raegan dengan nama Nyonya So Ri ]. Nyonya Moon dan adiknya, Nyonya So Ri adalah wanita keturunan Korea Selatan asli. Kedua kakak beradik ini bermigrasi dari Korea Selatan ke Amerika Serikat sejak melanjutkan kuliah di negeri paman Sam. Masing - masing mendapatkan pasangan ras kulit putih dengan identitas pengusaha asal negara adidaya itu. Setelah menikah mereka memutuskan untuk menetap di kota New York.

Setelah berpelukan sejenak nyonya Moon merenggangkan posisi tubuhnya. Sementara Azzalea yang sedari tadi berdiri di dekat mereka hanya menyimak percakapan antara bibi dan keponakannya.

"Bibi baik Raegan, bagaimana kabar ibumu?" Nyonya Moon tersenyum pada Raegan.

"Mama juga baik bibi," Raegan membalasnya.

"Baguslah, besok kami akan bertemu dengan teman - teman sosialita kami yang lain. Bibi berharap ibumu bisa ikut besok."

Raegan tersenyum tipis dan mengangguk singkat. Nyonya Moon kemudian menoleh Azzalea. Raegan pun ikut melihat ke arah tujuan pandangan bibinya. Sadar dilihat oleh nyonya Moon, Azzalea segera memberi salam.

"Selamat siang nyonya." Suaranya keluar dengan sangat halus.

Tapi nyonya Moon tidak tertarik merespon Azzalea. Ia malah menoleh Raegan dan bertanya padanya.

"Kenapa gadis ini bisa pulang bersamamu, Raegan?"

"Oh, tadi kami berpapasan di jalan saat menuruni kaki bukit Prospect Mountain bibi. Mungkin kakak ipar sudah tertinggal mobil Ellen." Sahut Raegan.

Ellen yang sudah berada di rumah orang tuanya, saat melintasi teras utama dan melihat ada Raegan di sana, segera ia menghampiri.

"Halo Raegan," sapa Ellen dari dalam rumah.

Azzalea, nyonya Moon dan Raegan melihat Ellen sekarang. Ellen yang berdiri di dekat ambang pintu menatap tajam pada Raegan lalu mengarah pada Azzalea. Gadis muda yang mendapatkan tatapan maut itu langsung menunduk takut.

"Aku baik Ellen. Bagaimana denganmu?" Raegan menyeringai.

"Aku juga baik," sahut Ellen datar.

"Kenapa kamu bisa datang bersama wanita ini?" tanya Ellen seraya menoleh Azzalea.

"Maksudmu kakak ipar?" Raegan melihat Azzalea sesaat, lalu menatap Ellen.

"Tadi kami berpapasan di kaki bukit Prospect Mountain. Kurasa kamu tahu kenapa kakak ipar bisa ada di jalan itu seorang diri."

Ellen hanya diam sembari memalingkan wajahnya. Raegan mendengus dan tersenyum miring.

"Masuklah dulu Raegan, kita makan siang bersama," ajak nyonya Moon.

"Maaf bibi, lain waktu aku akan makan disini. Karena sekarang aku masih ada urusan. Aku pamit bibi." Raegan memasang wajah polos di depan bibinya.

"Baiklah, kapan - kapan ajak juga ibumu untuk datang ke sini ya." Nyonya Moon mengusap lembut kepala Raegan.

Umpan Sang Penguasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang