MIUA : 9 ✔

136K 9.2K 178
                                    

Jangan lupa Vote dan comment 💜

👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦
Selamat membaca
.
.
.

"Loh, bukannya kata mami abang lagi kurang sehat ya?" tanya Ela pada Rizam yang baru saja mendaratkan bokongnya dikursi samping Alif dan kebetulan sekali berhadapan dengan kursi yang diduduki Vina.

"Bapak? Eh, Mas Rizam ngapain di sini?" tanya Vina terkejut melihat lelaki yang pernah bertamu kerumah Cindy dan pernah mengantarnya pulang.

"Kamu?! ngapain dirumah saya?" tanya Rizam balik, terkejut bukan main.

Apa-apaan ini, dia gadis yang akan dijodohkan dengan ku? Ah, kalau gak salah namanya Vina, pernah meminjamkan ponsel hari itu dan satu lagi dia juga gadis yang ada di rumah Pak Heru tempo lalu. Shittt. Rizam membatin

Ya Tuhan, kenapa mas-mas tampan ini ada disini? Jangan-jangan dia adalah putranya mami Rosa. Bagaimana ini tatapannya saja sangat dingin, apa dia akan---Vina membatin masih tak paham dengan situasi yang terjadi sekarang.

Rizam dan Vina sama-sama membatin dan saling melihat satu sama lain.

"Jadi kalian sudah saling kenal ternyata? Wah, bagus dong. Ya kan Pi?" timpal Rosa melihat keterkejutan Vina dan Rizam.

"Iya dong bagus, jadi bisa nikah secepatnya," ucap Andi.

"Apa? Enggak!" Entah bagaimana bisa tapi Rizam dan Vina sontak memberikan respon yang sama.

Heh, menikah dengan perempuan ini? Bahkan Eva jauh lebih cantik darinya, batin Rizam.

"Uluh uluh, kompak banget Bang Rizam sama Kakak Ipar. Cieee ... hahaha," ledek Ela.

"Enggak! Emm maksudnya bukan gitu," ujar Rizam gugup. "Kami gak kenal, cuma kebetulan aja pernah jumpa di jalan," tambah Rizam cepat dengan nada dingin.

"Iya benar semuanya, kami memang tidak saling kenal. Vina pernah berjumpa dengan Mas Rizam dirumah majikan. Juga pernah jumpa di jalan tanpa sengaja," sambung Vina sopan. Ia terpaksa sedikit berbohong dengan mengatakan bahwa rumah Cindy adalah rumah majikannya. Sesuai dengan peringatan tantenya dan Cia yang mengatakan bahwa mereka menganggap Vina pembantu bukan saudara atau pun keponakan.

"Oh, jadi begitu, ku kira Kakak Ipar ada something special dengan Abang," timpal Ela sambil memasukkan makanan kedalam mulut.

"Ya sudah nanti saja kita bahas masalah ini, sekarang kalian nikmati dulu makan siangnya," ucap Andi.

Mereka pun menikmati hidangan makan siang itu, hanya saja Rizam terlihat sangat aneh, tatapannya dingin seolah menyiratkan bahwa ia tidak nyaman berada disana. Buru-buru Rizam menyelesaikan kegiatan makan dan beranjak kembali kekamarnya.

"Selesai, aku duluan," ujar Rizam cuek.

"Kok balik kamar sih. Gak ngobrol dulu sama Vi---"

"Gak sempat, aku sibuk ada laporan penting yang harus di periksa," potong Rizam cepat, kemudian pergi meninggalkan ruang makan.

Andi mencegah istrinya yang ingin menghentikan Rizam, memberi isyarat agar tidak memaksa Rizam. Sebab ia paham saat ini putranya tengah bimbang.

Setelah selesai dengan makan siang. terlihat Ela, Vina dan mami Rosa berbincang-berbincang di ruang keluarga, sedangkan Alif bermain ludo bersama opanya. Memang Alif sama sekali tidak mengerti cara bermain ludo, dari tadi ia hanya sibuk memindah-mindahkan anak ludo sesuka hati tanpa menjatuhkan nomor dadu terlebih dahulu.

Mama Impian Untuk Alif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang