MIUA : 25 ✔

143K 8K 94
                                    

Jangan lupa vote dan comment 💜

👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦
Selamat membaca
.
.
.

"Ayo tambah minumannya tuan," ujar Shinta seraya menyodorkan segelas Vodka ketangan Rizam. Rizam yang sudah setengah mabuk, langsung menenggak habis isi gelas itu. Shinta tersenyum sinis. Ia menambah lagi sampai beberapa gelas kearah meja Rizam. Otaknya seketika mulai nakal.

Sekitar satu jam lamanya Shinta duduk di meja pojok bar itu untuk mengamati kondisi Rizam. Setelah di rasanya Rizam sudah mulai mabuk, ia datang mendekat. Hingga terjadilah adegan tambah menambah minuman berkali-kali.

Huh ... tidak perlu susah payah. Ternyata si boss ganteng ini sudah mengumpan dirinya sendiri tanpa aku pancing. Hahaha, aku harus memanfaatkan keadaan ini. Dia harus jadi milikku. Shinta membatin menatap penuh arti kearah Rizam yang sudah meletakkan kepala keatas meja. Dia sudah teler, tak terhitung sudah berapa banyak minuman yang masuk kedalam perutnya.

Shinta melambaikan tangan kearah pelayan bar, "Aku pesan satu kamar dan tolong panggil dua orang temanmu untuk memapah calon suamiku," ujarnya seraya memberikan tips kepada laki-laki muda yang di panggilnya tadi.

Dua orang pria muda mendatangi meja di mana Rizam dan Shinta berada. Mereka membawa Rizam kelantai atas---dimana kamar pesanan Shinta berada.

"Cukup! Ambil uangmu." Shinta memberi empat lembar duit seratus ribuan saat mereka meletakkan Rizam keatas ranjang. Para pelayan itu tersenyum senang. Hanya dengan memapah seorang saja mereka sudah mendapat lembaran berwarna pink kemerah-merahan itu.

"Baik lah, mari kita lihat tuan ZICO. Apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan dirimu," ujarnya seraya menekan nama Rizam. Ia mengeluarkan sebotol obat yang bersifat cair.

"Apa dengan ini kau bisa menolakku tuan?" Shinta terkikik. Ia keluar dari kamar dan menelepon seseorang.

Wanita itu turun ke lantai satu dan meminta segelas air putih pada pelayan bar.

👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦

"Vina, cepatlah datang ke alamat yang sudah ku kirim. Kau masih ingat aku 'kan? Jeff, sahabat suamimu," ujar Jeffry melalui sambungan telepon.

"Iya aku sudah di jalan," jawab Vina. "Sebenarnya ada apa mas Jeff meneleponku malam-malam begini?" tanya Vina. Ada rasa khawatir di benaknya. Ditambah suaminya belum kembali kerumah sejak pagi. Sementara hari sudah berganti malam.

"Aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Secepatnya kau harus sampai ke alamat yang ku kirim!" Jeff memutus panggilan sepihak.

Sesampainya di depan bar, Jeff turun tergesa-gesa. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Rizam di dalam bar itu.

"Emm, apa kau melihat laki-laki ini masuk kesini?" tanyanya pada salah seorang pelayan bar seraya menunjukkan foto Rizam yang ada di ponselnya.

"Aku tidak melihatnya Tuan. Coba tanya pada pelayan yang lain." Pelayan itu melanjutkan kembali pekerjaannya.

Jeff tak putus asa, ia kembali menanyakan hal yang sama pada setiap pelayan yang di jumpainya. Namun tidam ada satu pun yang melihat Rizam. "Aku tidak melihat pria ini masuk kesini, Tuan. Terlalu banyak pengunjung bar berlalu-lalang, kami tidak sempat memperhatikan satu persatu." Pelayan itu menjelaskan.

Jeff menyerah. Mungkin Rizam memang tidak mendatangi bar ini. Tapi kenapa Riki meneleponnya dan mengatakan kalau Rizam berada di bar ini. Ia jadi bingung sendiri. Tidak mungkin Riki membohongi dirinya.

Mama Impian Untuk Alif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang