🏠 32 🏠

48.3K 3.2K 206
                                    

Hari ini adalah hari minggu dan Arven sedang bersantai dengan mamanya di ruang keluarga. Sudah lama ia tidak meluangkan waktu untuk mamanya.

"Kemarin ketemu papah ngapain aja nak? kamu ketemu sama Trisha juga ya?" Tanya Ana pada anak bungsunya yang sedang tiduran di pahanya sambil memainkan ponselnya. Brginilah Arven kalau di rumah, sangat manja.

"Mama udah tau?" Arven kira mamanya tidak tahu soal hal itu.

"Sekarang mama tanya, ke depannya kamu mau gimana? ikutin kemauan papah atau gimana?"

"Arven udah punya rencana ma untuk ke depannya." Jawab Arven yang masih fokus pada ponselnya.

"Rencana kamu emangnya apa sayang?" Tanya Ana seraya mengelus rambut hitam legam anaknya itu.

"Pertama, Arven gak mau jadi penerus perusahaan papah. Kedua, Arven gak mau di jodohin sama si Trisha itu karena Arven udah punya Manda. Dan yang ketiga, Arven mau nikahin Manda setelah lulus SMA." Jawab Arven dengan mantap dan tanpa ragu sedikit pun. Untuk hubungannya dengan Manda mamanya memang sudah tau cukup lama karena Manda sendiri yang membongkar hubungannya ke mamanya itu. Dan hampir setiap hari libur Manda datang ke rumah Arven karena mamanya sering mengundang Manda untuk membuat kue bersama. Ya, Arven tidak terganggu sih akan hal itu.

"Nikah? nak, menikah itu gak semudah yang kamu kira loh. Kamu harus tanggung jawab penuh atas kehidupannya Manda untuk kedepannya. Banyak resiko yang harus kalian hadapi. Terus masalah keuangan gimana? yang namanya kepala keluarga itu bertanggung jawab penuh atas keluarganya." Ucap Ana menasihati.

"Arven bakal buka usaha ma, dan oma kasih Arven modal untuk itu."

"Usaha apa?"

"Arven mau buka kafe, kalaupun nanti Arven jadi nikahin Manda ya Arven juga harus udah siap secara finansial. Makanya Arven mau buka usaha." Sahut Arven.

"Kamu punya ide kayak gini bukan karena situasi kamu yang dijodohin sama Trisha kan nak? sekali lagi, pernikahan itu bukan main-main. Jangan karena kamu pengen kabur dari perjodohan yang papah buat untuk kamu, kamu jadi korbanin Manda. Mama sudah anggap Manda sebagai anak mama sendiri, mama gak mau dia di sakitin."

"Arven juga sayang sama dia ma. Itu kenapa Arven mau nikah sama dia. Karena Arven gak mau dinikahin sama cewek yang bahkan Arven gak tau siapa dia dan gimana sifatnya. Mama ngerti kan?"

"Mama ngerti sayang, mama juga gak pernah setuju sama ide papah. Selagi mama bisa dukung kamu, apapun pasti mama dukung. Dan kalau mama ngomong kayak gini itu tandanya mama peduli dan kasih kamu arah supaya kamu tetap di jalur yang tepat. Karena sebentar lagi mama akan menjadi ibu sekaligus ayah untuk kamu." Ucap Ana sambil tersenyum getir.

Arven langsung bangun dari posisinya, "Apa?"

"Mama harap, kamu terima sama keputusan mama ini."

"Tunggu, Arven masih gak ngerti. Mama mau cerai sama papah?"

Ana mengangguk. Namun sepertinya hal ini masih menyakitinya, Ana pun mulai menangis. Ia tidak kuat lagi menahannya seorang diri. Ia butuh penopang, siapa lagi kalau bukan anak-anaknya.

Arven pun langsung memeluk tubuh mamanya itu. Ia salurkan segala kehangatannya untuk wanita pertama yang ia cintai.

"Ma, udah ya jangan nangis. Ini keputusan terhebat yang pernah Arven denger dari mama. Arven gak mau liat mama nangis sama disakitin lagi sama papa. Semuanya udah cukup ma." Ucap Arven sambil terus memeluk tubuh mamanya yang bergetar karena terus menangis.

"Maafin mama nak, mama udah gak sanggup pertahanin pernikahan ini. Jujur, mama langsung kepikiran pas kamu bilang mau nikah. Secepat itu kamu mau tinggalin mama di rumah ini sendiri. Tapi mama gak akan pernah larang apapun keputusan kamu. Mama mau kamu bahagia, nak." Di sela tangisnya, Ana masih sempat untuk tersenyum walaupun senyuman itu sangat sendu.

My Craziest Neighbor [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang