🏠 27 🏠

58.3K 3.7K 144
                                    

Setelah satu minggu lamanya berada di rumah sakit, akhirnya Arven diperbolehkan pulang ke rumah. Tetapi ia masih belum boleh kembali ke sekolah selama dua hari. Ditto dan Aldo juga berencana untuk main di rumah Arven sehabis pulang sekolah.

Tadi pagi Manda datang ke rumahnya untuk menyuapi Arven sarapan sebelum ia berangkat sekolah. Sebenarnya Arven tidak kaget lagi kalau Manda berbuat hal itu padanya. Sudah jelas kalau Manda tidak akan pernah menyerah sampai Arven benar-benar jadi miliknya.

Semakin hari, Arven semakin merasakan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Belakangan ini Arven merasakan cemas kalau melihat Manda ke sekolah tanpa dirinya. Arven merasakan takut kalau tetangganya itu terkena bahaya apalagi Galen yang masih terus menerus mengincarnya. Manda sekarang juga berada dibawah pengawasan anak Vergiss atas perintah Arven. Manda beberapa kali menolak untuk diantar jemput oleh anak Vergiss namun Arven tetap tidak mengizinkan Manda untuk pergi sendiri.

Tok tok tok

"Masuk." Sahut Arven dari dalam kamarnya.

"Selamat siang boss." Yang baru saja datang adalah Ditto dan Aldo.

"Si Manda bareng lo pada kan?"

"Iya lah masa sama Galen. Nanti dia juga kesini mau mandi dulu katanya biar lo kepincut sama wanginya." Sahut Aldo.

"Kampret."

"Eh ven gue pinjam PS lo ya?" Ucap Ditto. Bukan Ditto namanya kalau ke rumah Arven tanpa bermain PS. Pasalnya, ia di rumahnya tidak diperbolehkan bermain game oleh mamanya. Jadi, tempat yang paling pas adalah rumah Arven.

"Hm,"

Karena sudah diizinkan oleh yang punya, Ditto pun langsung duduk manis sambil memegang stik PS nya. Sedangkan Aldo memainkan ponselnya dan berbaring di sebelah Arven.

"Do," Panggil Arven.

"Apa?" Sahutnya tetapi masih fokus ke layar ponsel.

Arven menelan salivanya dengan susah. "Lo kalo deket sama Freya suka deg-degan gak?"

"Hah?"

"Iya, jantung lo suka kayak abis lari gitu gak?"

"Sumpah ven, obat biusnya masih ada di dalam badan lo ya?" Ujar Aldo yang langsung fokus ke Arven.

Ditto terkekeh. "Emang kenapa ven? lo deg-degan kalo deket sama Manda? hahaha."

"Lagian lo kan gak pernah mau tau ven soal cinta-cintaan, aneh banget asli."

"A-apaan? gue cuma penasaran doang. Ya kali gue deg-degan deket sama si anak manja."

"Hai Arven!"

"Buset deh Manda! ketok dulu kenapa?" Kaget Ditto karena ia duduk di lantai dan dekat pintu.

"Iya maaf, ih Aldo ngapain di kasur Arven? turun gak?!"

"Gak mau wlee! nih liat gue peluk Arven, uuuu cayang." Aldo memeluk Arven layaknya sedang memeluk pacarnya sendiri. Arven dengan kondisinya sekarang pun tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah oleh keadaan.

"Gue siram pake kuah sop mau lo?!" Ya, Manda sedang membawa semangkuk sop yang masih panas di tangannya.

"Aldo ihh jangan peluk-peluk Arven!!" Manda pun tak kehabisan akal, ia menaruh mangkuk sop itu di meja belajar Arven dan segera memukul-mukul tubuh Aldo agar segera turun dari kasur Arven. Tentu ia tidak rela melihat cowok yang ia suka di peluk-peluk sama cowok.

"Ampun Man, ampun! buset tenaga lo kuat juga anjir." Aldo merasakan sakit akibat pukulan maut Manda terhadap tubuhnya.

Manda pun mengambil kembali semangkuk sop yang ia taruh di meja Arven. "Udah minggir! sana duduk dibawah sama Ditto."

My Craziest Neighbor [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang