🏠 26 🏠

54.4K 3.8K 368
                                    

Minggu pagi ini Manda sudah mandi dan berpakaian rapih. Ya, hari ini ia akan pergi ke rumah sakit lagi untuk menjenguk Arven tentunya. Pagi tadi, Manda sempat membuat sandwich untuk dirinya. Karena untuk mencari tempat makan lumayan jauh dari rumah sakit. Jadilah Manda membuat bekal. Agar lebih irit juga sih tepatnya.

"Jangan malem-malem pulangnya ya man? besok kamu sekolah loh." Ucap Ghina.

"Iya, bunda. Manda pamit ya?" Ucapnya seraya mencium tangan bundanya.

"Iya hati-hati, salam buat Arven."

"Oke bunda!"

"Ayah bawa motornya jangan ngebut ya?" Peringat Ghina. Hari ini Manda memang diantarkan ayahnya untuk ke rumah sakit menggunakan motor kesayangan ayahnya.

"Iya, bun." Sahut Andre.

Setelah Manda memakai helmnya, Andre pun segera melajukan motornya menuju rumah sakit. Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai.

"Ayah sampe sini aja ya? kamu bisa kan sendiri?" Tanya Andre saat mereka sampai di depan lobby rumah sakit.

"Iya gak papa, yah."

"Nanti ayah jemput jam tujuh ya?"

"Iya, ayah hati-hati. Denger kata bunda jangan ngebut."

"Iya, cantik."

Setelah berpamitan dengan ayahnya, Manda segera masuk ke dalam rumah sakit.

"Maaf mba, mba nya pasien atau mau jenguk ya?" Tanya salah satu pegawai rumah sakit yang berada di meja resepsionis.

"Oh, saya mau jenguk mba." Sahut Manda.

"Mau jenguk pasien atas nama siapa ya mba?" Tanyanya ramah.

"Arven Nathanael Pradisya."

"Atas nama pasien Arven ada di ruang rawat inap nomor 280 di lantai dua ya."

"Maaf mba, kemarin atas nama Arven ada di ruang ICU kok sekarang di ruang rawat inap?" Tanya Manda bingung. Pasalnya, Arven kan kemarin masih belum sadar.

"Pasien atas nama Arven sudah siuman mba, tadi malam. Karena kondisinya sudah membaik pasien dibawa ke ruang rawat inap. Karena tidak butuh perawatan intensif lagi." Jawabnya.

"Oke, makasih ya mba."

Manda sudah sampai di depan pintu ruangan Arven, ia agak ragu sebenarnya untuk masuk. Tapi mau bagaimana lagi? Manda sangat ingin menemui Arven apalagi dengan kondisi yang sudah siuman. Dengan tekad yang kuat, Manda pun akhirnya memasuki ruangan itu.

'Mati, gue.' Batin Manda. Tubuhnya mematung.

Di dalam sana banyak sekali orang. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak yang kurang lebih berusia lima tahun dan ada juga yang mungkin seusia dengan Manda memenuhi seisi ruangan itu. Saking ramainya, Manda sampai tidak bisa melihat pasien lantaran orang-orang itu menutupi ranjangnya.

"M-maaf, saya salah ruangan kayaknya, permisi." Manda hendak membalikkan tubuhnya untuk kembali keluar.

'Masa iya gue dibohongin mba-mba resepsionis? gila aja.' Batin Manda.

"Manda?"

Merasa namanya dipanggil, Manda pun membalikkan tubuhnya lagi.

"Tante Ana?"

"Kamu mau jenguk Arven? sini sayang. Arvennya udah sadar." Ucap Ana.

Manda tersenyum kikuk karena semua orang memperhatikan dirinya, "Iya tante."

Manda pun berjalan mendekat kearah ranjang. Sekarang ia bisa melihat kembali wajah datar dan sinis Arven setelah seharian menutup matanya kemarin.

"Kenalin Manda, ini semua om, tante sama sepupunya Arven dari keluarga tante." Ana memperkenalkan saudara Arven kepada Manda. Manda membungkukkan badannya sambil tersenyum kikuk.

My Craziest Neighbor [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang