🏠 24 🏠

57K 3.4K 115
                                    

Arven, Ditto dan Aldo sedang berada di rooftop. Mereka cabut pada jam pelajaran untuk merokok dan bersantai sambil menikmati semilir angin. Meski sudah seringkali dilarang dan mendapat hukuman karena menyalahgunakan rooftop sebagai tempat cabut dan merokok, hukuman itu hanya seperti angin lewat saja bagi mereka. Mereka tidak pernah jera dengan hukuman apapun. Mungkin drop out satu-satunya hukuman yang membuat mereka jera.

"Ven, lo ada rencana apa buat Vergiss ke depannya?" Tanya Aldo.

"Belom kepikiran." Sahutnya.

"Kayaknya kita harus punya strategi buat Regrad." Ucap Ditto.

"Kenapa?"

"Lo liat aja sendiri semakin kita diem, mereka semakin maju. Apalagi sekarang Galen ngincer Manda. Gimana pun juga kita gak bisa diem aja. Manda tuh dalam bahaya sekarang. Kita gak pernah tau apa yang bakal mereka lakuin. Kita juga kan gak bisa awasin Manda setiap saat. Bener gak?"

"Buset deh tumben nih otak bener." Aldo mengelus kepala Ditto saking tidak percayanya.

"Jangan pegang-pegang tangan lo bau ikan asin." Ditto menepis kasar tangan Aldo yang sedang mengelus kepalanya.

Aldo mencium telapak tangannya. "Iya sih, dikit."

"Kalo soal si manja, gue bisa urus sendiri." Ucap Arven.

"Manja siapa ven?" Tanya Ditto.

"Manda elah, baru dipuji dikit otak lo udah bener. Eh kumat lagi dah tuh begonya."

"Yakin lo gak butuh anak Vergiss buat jagain dia?" Tanya Aldo.

"Gak usah, dia setiap hari juga pulangnya sama gue." Sahut Arven.

"Iya deh, yang gak mau pujaan hatinya dijagain sama cowok lain."

"Ck, apaan si." Arven pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan rooftop karena bell istirahat sudah berbunyi.

"Kebiasaan punya temen kerjaannya ninggalin mulu, kasian gue sama yang jadi ceweknya." Ucap Ditto.

"Pada gak betah paling sama dia." Sahut Aldo.

"Si Manda mah betah-betah aja tuh."

"Mental baja bego dia."

🏠🏠🏠

"Arven Nathanael Pradisya, Aldo Adrian Faresta, Ditto Melviano Narendra berhenti! kalian maju satu langkah saya lempar pake sepatu."

Ketiganya menghela nafas berat berbarengan. Suara cempreng wanita yang meneriakinya itu sangat tidak asing bagi mereka.

"Waduh-waduh, wangi sekali ya kalian?" Ucap bu Tara sambil tersenyum sangat manis. Ini adalah fake smile yang sesungguhnya. Percayalah.

"Iya dong bu, secara parfum kita kan mahal-mahal." Sahut Ditto.

"Masa kita pake parfum yang baru di semprot aja wanginya udah hilang? gak mungkin bu. Itu mustahil." Timpal Aldo.

"Oh, gitu ya? parfum yang wanginya rokok beli dimana?"

"Ini parfum cowok bu, masa ibu mau pake parfum cowok?"

"Bener-bener ya kalian!" Geram bu Tara.

"Tuh kan, saya mah udah feeling kalo ibu senyum semanis tadi pasti ujung-ujungnya gini nih."

Para siswa yang sedang melewati koridor tertawa melihat acara adu mulut antara tiga murid 'spesial' SMA Althar dan juga guru paling horror sedunia. Hanya mereka bertigalah yang paling berani melawan bu Tara.

"Habis ngerokok dimana kalian?"

"Kenapa bu? ibu mau join ya?" Lihatlah betapa menyebalkannya mulut seorang Ditto. Kalau ada kamera disana, mungkin bu Tara sudah melambaikan tangannya. Muridnya yang satu ini memang diciptakan khusus oleh Tuhan untuk menguji kesabarannya.

My Craziest Neighbor [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang